Mantan Presiden Iran Ahmadinejad Ditahan Atas Tuduhan Penghasutan
"Beberapa pemimpin saat ini hidup terlepas dari masalah dan keprihatinan masyarakat, dan tidak tahu apapun tentang realitas masyarakat," kata Ahmadine
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN - Mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dikabarkan ditangkap karena "menghasut sehingga terjadi kekerasan" dalam aksi demonstrasi menentang Pemerintah Teheran dan melonjaknya harga pangan.
Surat kabar Al-Quds Al-Arabi yang berbasis di London melaporkan, Ahmadinejad ditangkap karena pernyataannya pada sebuah demonstrasi 28 Desember 2017 lalu di kota Bushehr, Iran barat.
Ahmadinejad -yang menjadi tahanan rumah dengan persetujuan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei- mengkritik rezim pemerintahan saat ini dan Presiden Hassan Rouhani.
"Beberapa pemimpin saat ini hidup terlepas dari masalah dan keprihatinan masyarakat, dan tidak tahu apapun tentang realitas masyarakat," kata Ahmadinejad, menurut laporan tersebut seperti yang dilansir dari New York Post.
Dia juga menuduh pemerintah "salah urus" dan mengkritik Rouhani karena percaya bahwa mereka memiliki tanah dan masyarakatnya adalah masyarakat yang tidak tahu apa-apa.
Baca: Tidak Ada Perayaan di Ulang Tahun Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un
Berita tentang penangkapan Ahmadinejad yang kini berusia 61 tahun dan pernah menjabat presiden Iran antara tahun 2005 dan 2013, hadir saat Garda Revolusi pada hari Minggu (7/1/2018) mengatakan bahwa demonstrasi tersebut telah berakhir dan lagi-lagi menyalahkan kekerasan yang terjadi kepada Amerika Serikat, Inggris dan Israel.
"Orang-orang revolusioner Iran, bersama dengan puluhan ribu pasukan Basij, polisi dan Kementerian Intelijen, telah memecahkan rantai [kerusuhan]," kata Garda Revolusi dalam sebuah pernyataan.
Meski begitu, kantong-kantong kekacauan terus berkobar di sejumlah wilayah Iran.
Informasi saja, aksi demonstrasi tersebut meletus pada 28 Desember yang dipicu oleh melonjaknya harga makanan, yang pada akhirnya berubah menjadi demonstrasi melawan ulama yang berkuasa dan kurangnya dukungan pemerintah untuk warga Iran kelas pekerja.
Menurut data pemerintah Iran, ketidakpuasan tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh negeri dan menyebabkan kematian sedikitnya 22 orang dan penangkapan ribuan orang. Namun, pihak lawan pemerintah mengatakan korban tewas mendekati angka 50.
Protes tersebut merupakan yang terbesar di Iran sejak 2009, ketika banyak orang yang menantang terpilihnya kembali Ahmadinejad, karena meyakini adanya perbuatan curang. Khamenei menggunakan Garda Revolusi dan pasukan keamanan lainnya yang secara brutal menghentikan pemberontakan tersebut.
Reporter Barratut Taqiyyah Rafie