Profesor Bakteriologi Menduga Donald Trump Mengidap Penyakit Kelamin Sifilis, Benarkah?
Hampir selama 2 tahun terakhir, sosoknya lebih banyak menghiasi sejumlah media daripada orang lain.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, AS - Pemimpin Amerika Serikat (AS) yang satu ini tidak ada henti-hentinya menghiasi pemberitaan.
Hampir selama 2 tahun terakhir, sosoknya lebih banyak menghiasi sejumlah media daripada orang lain.
Sebelumnya, sang Presiden AS ke-45 menyebut dirinya sebagai 'jenius yang stabil'.
Pernyataan yang bergulir di akun Twitter pribadinya merespon publikasi buku Michael Wolff yang berjudul 'Fire and Fury'.
Ternyata, twit Donald Trump yang membahas soal kesehatan mentalnya berbuntut panjang.
Sejumlah orang di Swedia bereaksi atas pernyataan ini.
Baca: Benarkah Presiden Donald Trump Sakit Jiwa? Ini Kata Dubes AS untuk PBB
Dikutip wartawan Grid.ID dari Expressen, seorang profesor bakteriologi klinis menawarkan sebuah perawatan mental untuk Trump.
Jelas Agnes Wold yang aktif di akademi Sahlgrenska di Universitas Gotherburg, perawatan yang diusungnya tidak konvensional.
Usai suami Melania Trump begitu jumawa tentang kepribadiannya, Profesor Agnes ikut berkomentar.
"Wow! Bisakah kita membuat sebuah dugaan sifilis stadium akhir?"
Demikian cuitan sang profesor di hadapan 30 ribu pengikutnya di Twitter.
Sifilis atau yang akrab disebut raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum.
Jenis penyakit ini dikategorikan sebagai infeksi menular seksual (IMS)
Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, ternyata dalam kondisi sifilis tingkat lanjut mampu menyebabkan kerusakan pada jantung.
Tidak sekedar itu, sejumlah organ termasuk yang paling penting, otak, juga bisa saja berfungsi tidak semestinya.
Bahkan ditegaskan, dapat menyebabkan timbulnya kondisi mental meski tidak seperti kegilaan.
Usut punya usut, Profesor Agnes menyebut apa yang dia katakan ternyata hanya sebagai guyonan.
Sang cucu pemenang hadiah Nobel dalam bidang kimia, Svante Arrhenius, memberi klarifikasi seperti ini.
"Itu adalah lelucon."
"Saya tidak benar-benar mengira megalomania-nya disebabkan oleh sifilis."
Meski begitu, dia mengakui bahwa obsesi berlebihan terhadap diri sendiri karena merasa yang paling hebat mungkin juga termasuk dalam gejala yang disebabkan karena sifilis.
Kalau menurut kamu sendiri bagaimana?(*)
Reporter : Ahmad Rifai