Yakuza Semakin Mati Kutu di Kalangan Perbankan dan Sekuritas Jepang
Pencarian uang lewat perbankan bagi kalangan mafia Jepang (yakuza) praktis tertutup rapat mulai tahun ini.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pencarian uang lewat perbankan bagi kalangan mafia Jepang (yakuza) praktis tertutup rapat mulai tahun ini, kecuali menggunakan tangan orang lain atau keluarganya yang tidak terdeteksi polisi.
"Mulai tahun ini sudah dapat dipastikan kalangan yakuza tak dapat menyentuh perbankan lagi karena nama mereka sudah masuk sistem pencarian yang disetting di jaringan perbankan," ungkap sumber Tribunnews.com, Senin (15/1/2018).
Tahun lalu kalangan sekuritas Jepang sudah diberikan akses jaringan daftar nama para anggota yakuza Jepang.
Sehingga transaksi yang dicurigai, bila dicek nama ke sistem tersebut yang langsung terkait dengan database polisi, pihak sekuritas Jepang akan mengetahuinya.
Baca: BREAKING NEWS: Polisi Gerebek Pesta Seks Sesama Jenis di Vila Kawasan Cipanas
Kini mulai 4 Januari 2018, akses sistem daftar nama anggota yakuza juga telah dibuka ke perbankan Jepang lewat Asosiasi Perbankan Jepang (JBA).
"Tentu saja semua menggunakan password khusus dan hanya level eksekutif tertentu yang dapat mengaksesnya guna mengetahui data base tersebut. Semua ini demi menjaga privasi seseorang dan dapat dipertanggungjawabkan siapa yang melihat data base tersebut," tambahnya.
Pihak asosiasi perbankan juga mengakses ke database polisi melalui Lembaga Penjamin Simpanan yang berafiliasi dengan pemerintah Jepang.
Pertanyaan bisa dilakukan melalui terminal yang dipasang di bank.
Jika seseorang cocok dengan catatan di database polisi, departemen kepolisian perfektur yang bersangkutan akan diminta untuk melakukan identifikasi lebih lanjut.
Baca: Tiga Syarat Prabowo untuk Calon Kepala Daerah, Salah Satunya soal Dana
Jika subjek dikonfirmasi menjadi anggota kejahatan terorganisir (yakuza), bank bisa menolak transaksi.
Penggunaan layanan akan terbatas pada mereka yang mencari pinjaman individu baru.
Sorotan utama terjadi pada tahun 2013 ketika Mizuho Bank, satu dari tiga megabank Jepang, berada di bawah pengawasan Badan Jasa Keuangan telah memberikan pinjaman kepada orang yang terkait dengan kelompok kejahatan terorganisir.
Badan pengawas keuangan tersebut menemukan bahwa Bank Mizuho telah melakukan 230 transaksi dengan orang yang memiliki hubungan dengan Yakuza, yang melibatkan dana lebih dari 200 juta yen, sebagian besar dalam bentuk pinjaman mobil.
Kasus tersebut menyebabkan pengunduran diri Chairman Keuangan Mizuho, dan puluhan eksekutif bank dikenai sanksi.
FSA (Financial Service Agency) Jepang memerintahkan bank untuk memperbaiki operasinya.
Dampak skandal itu melampaui Mizuho, dengan bank lain sempat mengaku juga kebablasan memberikan pinjaman kepada yakuza.
Baca: Emil Dardak Calon Gubernur Jatim, Arumi Bachsin Terharu Terbang Melayang ke Langit ke Tujuh
JBA terdiri dari 120 anggota reguler, termasuk tiga besar yatu Bank Mizuho, Bank Mitsubishi UFJ (dulu bernama Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ) dan Sumitomo Mitsui Banking Corp (SMBC).
Memiliki 72 anggota asosiasi dan puluhan anggota khusus.
Sejak kasus Mizuho, asosiasi tersebut berusaha meningkatkan upaya untuk mendapatkan akses bagi anggotanya ke database polisi.
"JBA akan terus berupaya memotong hubungan dengan kekuatan anti-sosial (yakuza) secara efektif dengan menggunakan database kejahatan terorganisir Badan Kepolisian Nasional," ungkapnya.
Yakuza, mafia asal Jepang, terlibat dalam banyak kegiatan kriminal termasuk pemerasan, pelacuran, perjudian, narkoba dan perdagangan senjata, serta kejahatan kerah putih yang lebih canggih.
Pembuat undang-undang dan regulator telah melewati serangkaian undang-undang dan tata cara selama beberapa dekade terakhir yang ditujukan untuk membatasi kegiatan kelompok yakuza.
Tata cara anti-geng lokal yang diperluas di seluruh 47 perfektur pada tahun 2011 melarang warga melakukan bisnis dengan yakuza.
Langkah-langkah ini telah membuat ketegangan finansial pada sindikat kejahatan terorganisir, dan ditambah dengan bertahun-tahun tindakan keras polisi, sehingga tampak terlihat keanggotaan Yakuza terus menurun.
Badan Kepolisian Nasional mengatakan jumlah gangster, termasuk anggota yakuza terdaftar dan yang berafiliasi dengan yakuza, berdiri di 39.100 pada akhir 2016, turun 7.800 dibandingkan tahun sebelumnya ketika sindikat kejahatan yakuza Yamaguchi-gumi, Jepang dan paling kuat, terbelah menjadi faksi-faksi yang saling bersaing.
Menjadi pertanyaan kini, bagaimana kalau yang meminjam adalah masih keluarga anggota Yakuza yang tak terdeteksi polisi atau temannya yang juga tak terdeteksi polisi, untuk meminta pinjaman bank?
"Memang tidak mudah mendeteksi semua kaitan dengan anggota yakuza, ada teman saudara dan sebagainya. Tetapi setidaknya semua anggota yakuza yang telah masuk database polisi kini sudah tak bisa apa-apa lagi di segala bidang kehidupan terutama terkait finansial dan perbankan," jelasnya.
Semua itu dilakukan agar anggota yakuza berhenti, melepas ikatannya dengan kelompok yakuzanya (ashi arai) dan masuk kembali ke masyarakat biasa, ikut bersama membangun bangsa dengan cara positif dan sesuai hukum yang ada.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in.