Wartawan di Honduras Hadapi Ancaman dan Intimidasi yang Semakin Meningkat
Ia mengatakan dirinya merupakan salah satu dari banyak pekerja media yang terancam di negara itu
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, HONDURAS - Pelecehan, panggilan telepon yang mencurigakan, serta akses terbatas terhadap sumber-sumber pemerintah, telah menjadi rutinitas bagi Jurnalis di Honduras, termasuk wartawan sekaligus Pembela Hak Asasi Manusia (HAM) Dina Meza.
Ia mengatakan dirinya merupakan salah satu dari banyak pekerja media yang terancam di negara itu, karena menantang pihak berwenang di negaranya.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (4/5/2018), Honduras adalah salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi para awak media, menurut Reporters Without Borders.
Kelompok ini menempatkan Honduras pada peringkat 141 dari 180 negara, pada Indeks Kebebasan Pers Dunia 2018.
Bahaya yang mengancam jurnalis tersebut termasuk serangan fisik, serta ancaman dan proses hukum yang dilakukan secara kasar, kata kelompok itu.
Meza, Editor pendiri majalah digital alternatif Pasos de Animal Grande yang fokus pada peliputan investigasi tentang masalah HAM, mendapatkan ancaman ini secara langsung.
Ia telah berulang kali mengalami ancaman kekerasan seksual dalama kehidupannya, serta pengawasan dan bentuk intimidasi lainnya, seperti panggilan telepon larut malam yang ia anggap sangat tidak wajar.
Ancaman itu memaksanya kabur dan menghabiskan waktu selama berbulan-bulan di luar negeri pada 2013 silam.
Sebagai tindakan pencegahan gangguan keamanan terhadap dirinya, Meza sering didampingi oleh dua Pengamat HAM Internasional yang ditugaskan oleh Peace Brigades International saat ia bekerja di lapangan dalam melakukan investigasi atau pelaporan di luar ibukota Honduras, Tegucigalpa.