TRIBUNNEWS.COM - Seorang hakim meminta mulut narapidana yang hadir di persidangannya untuk diselotip karena tidak berhenti menyela.

Dilansir Tribunnews.com dari Sky News pada Kamis (2/8/2018), hakim John Russo memerintahkan agar mulut Franklyn Williams diselotip untuk mencegahnya berbicara setelah memeringatkannya dia untuk diam setidaknya 12 kali selama 30 menit.

Williams (32) dijatuhi hukuman karena perampokan bersenjata pada saat itu dan berbicara hampir terus menerus selama persidangan.

BACA: Gagal Curi Sarang Burung Walet, Kawanan Rampok Rampas Perhiasan Istri Penjaga

Hakim Russo mengatakan kepada terdakwa yang mengenakan setelan oranye dan duduk di sebelah pengacaranya tersebut.

"Saya akan mendengar dari pengacara Anda dan itu berarti menutup mulutnya,"

Saat itu, Williams masih saja menyela perkataan sang hakim.

"Itu berarti Anda tidak membiarkan saya menceritakan apa yang terjadi," ungkapnya.

"Itu berarti tutup mulutnya sekarang, apakah itu masuk akal?" jawab sang hakim.

"Saya tidak diizinkan berbicara, bagaimana saya harus berbicara," sanggah Williams.

Petugas di ruang sidang kemudian merobek selotip merah sepanjang 15 senitimeter dan meletakannya di atas mulutnya.

"Saya akan mengatakan bahwa saelama waktu saya menangani empat kasusnya, saya tahu pasti, Williams adalah seseorang yang suka berbicara," kata sang hakim kepada Fox News.

"Setiap orang memiliki kesempatan untuk membuat catatan dengan reporter pengadilan saya tetapi kami tidak dapat melakukannya pada saat yang sama, kami tidak dapat melakukannya dengan saling berteriak satu sama lain," jelasnya.

"Jadi maksudku, hari ini adalah tidak pernah membungkam Williams. Aku memberikan untuk berbicara ketika itu tepat tetapi lebih dari tidak dia terus berbicara padaku,"

Fox News mengatakan hakim dari Cuyahoga County, Ohio, telah bertekad untuk mempertahankan sopan satun di istananya.

VIRAL: Intip Mewahnya Villa Milik Dodi Al Fayed Kekasih Mendiang Lady Diana yang Terjual 70 Miliar Euro

Williams akhirnya dijatuhi hukuman 24 tahun penjara karena perampokan, penculikan, dan pencurian.

(Tribunnews.com/Natalia Bulan Retno Palupi)