Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belajar Cara Membersihkan Sungai dari Kasus Minamata di Jepang

Bentuk penyakit ini adalah keracunan metil merkuri janin melalui plasenta, disebabkan ketika ibu mengonsumsi makanan laut yang terkontaminasi.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Belajar Cara Membersihkan Sungai dari Kasus Minamata di Jepang
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Daerah aliran sungai dan Teluk Minamata di Perfektur Kumamoto Jepang. 

Korban Minamata sekitar 22.538 orang dan umumnya telah menerima kompensasi dari pemerintah setempat.

Baca: Salah Satu Korban Tewas Akibat Terbakarnya Kapal KM Satya Hanya Singgah Mengantar Sapi

Biaya pemulihan pembersihan daerah seluas kira-kira 1,5 juta meter persegi itu sedikitnya 48 miliar yen dan dari jumlah ini, perusahaan Chisso yang bertanggung jawab menanggung 30,5 miliar yen.

Setelah jaring dilepas tahun 1997, masih terus dilakukan monitor lingkungan hidup dan tercatat dampak merkuri sudah sangat sedikit, masuk ke dalam batas kesehatan sehingga ikan dapat ditangkap lagi oleh para nelayan.

Selama ada jaring menutupi sungai dan teluk tersbeut, nelayan setempat mendapatkan kompensasi sedikitnya satu juta yen per tahun per orang karena tak berpenghasilan ikan lagi.

Namun mulai tahun 1997 jaring diangkat dan subsidi pun dihapuskan oleh pemerintah.

Pada tanggal 23 Februari 1999, setelah lingkungan hidup Minamata terbukti sudah clear dan baik, Kantor Kota Minamata memperoleh ISO 14001.

Sertifikasi ISO 14001 mendefinisikan standar internasional untuk implementasi yang berkelanjutan dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan.

Berita Rekomendasi

Kota Minamata di Perfektur Kumamoto, adalah kota yang kelima di Jepang untuk mendapatkan sertifikasi ini.

Pada bulan September 2003, setelah semua hal menjadi asri lingkungannya, Pemda Kota Minamata malah menantang masyarakatnya, agar langsung dapat mengaudit, memeriksa sendiri semua hal yang dilakukan pemda kota tersebut.

Sumber Tribunnews.com di Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengungkapkan bahwa penanganan sungai kotor dan bau bukanlah dengan jaring menutup di atasnya.

"Jaringan penutup seperti kasus Minamata agar masyarakat tidak menangkap ikan di sana yang telah tercemar merkuri," kata dia.

Perbaikan sungai kotor pertama dengan melihat kebiasaannya agar bisa hidup bersih dengan buang sampah pada tempatnya.

"Setelah kebiasaan bersih itu terbentuk, barulah sungai dikeruk total, memang menghabiskan biaya banyak, dan lakukanlah monitoring atas sungai tersebut bersama masyarakat yang telah sadar pentingnya buang sampah pada tempatnya," ujar dia.

"Bagaimana pun juga tak akan bersih sungai sampai kapan pun kalau masyarakatnya tidak sadar membuang sampah pada tempatnya," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas