Demi Keamanan Masyarakat, Ternyata Hampir 70% Tembok Sekolah di Jepang Harus Diganti Baru
Akibatnya Kementerian pendidikan langsung mensurvei semua dinding sekolah di Jepang dan ternyata hampir 70% harus diganti
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Gempa bumi menghantam Osaka dan sekitarnya Mei 2018 membuat sebuah dinding sekolah rubuh dan menghantam pelajar sekolah dasar 9 tahun langsung meninggal.
Akibatnya Kementerian pendidikan langsung mensurvei semua dinding sekolah di Jepang dan ternyata hampir 70% harus diganti baru dianggap membahayakan.
"Kita sudah mensurvei semua sekolah di Jepang dan ternyata 69,3% atau 10.186 sekolah di Jepang dindingnya membahayakan dan harus dibangun baru," ungkap sumber Tribunnews.com dari kementerian pendidikan Jepang Jumat ini (10/8/2018).
Pemeriksaan total ke sekolah negeri di Jepang oleh kementerian pendidikan Jepang langsung dilakukan sejak Juni lalu setelah sebuah tembok rubuh menghantam pelajar puteri usia 9 tahun sehingga langsung meninggal dunia.
Mengapa banyak tembok yang rawan rubuh harus dibangun baru?
"Ya karena tembok tembok sekolah itu dibangun sekitar hampir 40 tahun lalu di tahun 1980 dengan mnaksud antara lain agar sekolah bisa melindungi para muridnya dari kemungkinan kejahatan yang datang dari luar," tambahnya.
Tembok yang dibangun tahun 1980 memang berat sekali dan pembangunan tanpa perhitungan anti gempa saat itu.
Namun saat ini, tambahnya, dengan kemajuan teknologi dan ketersediaan bahan bangunan yang baik, tembok bangunan bisa ringan dan tahan gempa sehingga kekuatan gempa 5 skala Richter saja sudah pasti tidak akan rubuh gempa tersebut smapai kekuatan sekitar hampir 7 SR.
Oleh karena itu dala waktu dekat demi keamanan lingkungan sekolah, akan banyak sekolah mengganti pagarnya menjadi pagar yang baru.
"Pihak kementerian pendidikan akan memberikan bantuan pula kepada sekolah-sekolah tersebut untuk membangun pagar yang baru sekolahnya dengan membuat anggaran khusus saat ini," tambahnya lagi.