Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

65 Tahun Terpisah Akibat Perang Korea, Warga Korsel dan Korut Reuni

Hal ini sebagai upaya rekonsiliasi kedua negara untuk program denuklirisasi di Semenanjung Korea

Penulis: Ria anatasia
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in 65 Tahun Terpisah Akibat Perang Korea, Warga Korsel dan Korut Reuni
Getty Images
Sebanyak 89 keluarga yang terpisah akibat Perang Korea lebih dari enam dekade lalu bertemu kembali di Korea Utara, Senin (21/8/2018) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 89 keluarga yang terpisah akibat Perang Korea lebih dari enam dekade lalu bertemu kembali di Korea Utara, Senin (21/8/2018).

Dilaporkan The Guardian, reuni antara warga Korea Selatan dan Korea Utara ini berlangsung di resort Gunung Kumgang, Korea Utara sesuai kesepakatan Presiden Moon Jae In dan Kim Jong Un di KTT pada April lalu.

Baca: Reuni Anggota Keluarga Korea Selatan dan Korea Utara Setelah Terpisah Selama 60 Tahun Lebih

Hal ini sebagai upaya rekonsiliasi kedua negara untuk program denuklirisasi di Semenanjung Korea.

Keluarga-keluarga itu langsung saling berpelukan, dan banyak yang menangis bahagia sampai kehabisan kata-kata.

Han Shinja (99) dipertemukan kembali dengan dua putrinya Kim Kyung-Sil (72) dan Kim Kyung-Young (71) setelah terpisah pada Perang Korea 1950-53. Mereka mengenakan pakaian tradisional Hanbok.

"Ketika aku bisa dipulangkan aku merasa....," kata Han yang tak sanggup menyelesaikan kata-katanya.

Berita Rekomendasi

"Paman, terima lah salam hormat ku," ucap Seo Soon Gyo (55) sambil membungkukan badannya kepada kedua pamannya Chan Ho dan Won Ho.

Sebanyak 330 warga Korsel yang kebanyakan sudah lanjut usia dan mengendarai kursi roda, reuni dengan 185 anggota keluarganya di Korut.

Mereka mendaftar untuk pertemuan singkat selama 11 jam, dan harus kembali meninggalkan keluarga tercinta yang terpisah oleh perbatasan.

"Aku bersyukur masih punya kesempatan untuk bertemunya. Mungkin akan ada perbedaan bahasa, cara berpikir dan cara hidup kami. Tapi tak apa," kata Lee Su Nam yang bertemu saudara laki-lakinya Lee Jong Seong sejak 68 tahun yang lalu.

Reuni ini sekaligus menyoroti perbedaan mencolok pada kedua negara itu. Warga Korsel sering kali menyiapkan oleh-oleh untuk keluarga mereka, seperti jaket musim dingin, kaus kaki, pakaian dalam, obat-obatan, pasta gigi, dan makanan.

Mereka tidak diizinkan menerima uang tunai, karena khawatir akan disita oleh pihak berwenang Korut. Pemerintah Korea Selatan juga memberi tahu warganya untuk secara sopan menolak hadiah yang berunsur propaganda.

Di Korea Selatan, sekitar 132.600 orang terdaftar berasal dari keluarga yang terpisah di Korut, tetapi Palang Merah hanya mengidentifikasi 57.000 orang yang selamat.

Dari mereka, 41% berusia 80-an dan 21% berusia 90-an. Kedua negara telah melakukan 20 kesempatan reuni sejak dimulai pada tahun 2000 silam.

Baca: PT MRT Jakarta Lanjutkan System Acceptance Test hingga ke Stasiun Bundaran HI

Presiden Korsel Moon Jae In yang juga memiliki keluarga yang terpisah di Korut, mengharapkan agar reuni keluarga seperti ini terus ditingkatkan, bahkan termasuk aksi bergantian saling mengunjungi dan bertukar surat.

"Sangat memalukan bagi kedua negara bahwa banyak anggota keluarga yang terpisah meninggal dengan tidak mengetahui apa anggota keluarga lainnya masih hidup atau tidak. Kami akan jadikan reuni ini sebagai prioritas dalam kerja sama kami di bidang kemanusiaan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas