Erdogan: Intelijen Arab Saudi Terkejut Saat Dengar Rekaman Pembunuhan Jamal Khashoggi
Erdogan mengatakan rekaman yang berkaitan dengan pembunuhan wartawan senior Jamal Khashoggi terdengar seperti hal yang sangat mengerikan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan rekaman yang berkaitan dengan pembunuhan wartawan senior Jamal Khashoggi terdengar seperti hal yang sangat mengerikan sekaligus mengejutkan bagi seorang perwira intelijen Arab Saudi.
Seperti yang dilaporkan media setempat, rekaman tersebut telah dibagikan Turki kepada sekutu Barat.
Baca: Erdogan Tetap Lemparkan Tudingan Kuat Kepada Arab Saudi Terkait Kasus Jamal Khashoggi
Khashoggi merupakan seorang kritikus yang selama ini 'rajin' mengkritisi Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammad bin Salman (MBS).
Ia kemudian terbunuh di dalam Konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada 2 Oktober lalu, dalam sebuah peristiwa sadis yang menurut Erdogan dianggap sebagai perintah 'tingkat tinggi' dari pemerintah Saudi.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Selasa (13/11/2018), Erdogan yang baru saja kembali dari kunjungan akhir pekannya ke Paris, Perancis, mengaku dirinya telah membahas kasus pembunuhan tersebut dengan pemimpin Amerika Serikat (AS), Perancis, dan Jerman.
Baca: Dubes Arab Saudi Belum Bisa Pastikan Notifikasi Kepada Keluarga Soal Hukuman Mati Tuti Tursilawati
"Kami memutar rekaman tentang pembunuhan ini kepada semua orang yang menginginkannya, organisasi intelijen kami tidak pernah menyembunyikan apapun, kami memutarnya untuk semua pihak yang memiliki kepentingan dan ingin tahu, termasuk Saudi, AS, Perancis, Kanada, Jerman, dan Inggris," kata Erdogan.
"Rekaman itu benar-benar mengerikan, memang saat pihak intelijen Saudi mendengarkan rekaman itu, ia sangat terkejut dan berkata, 'yang ini pasti telah memakai heroin, hanya seseorang yang mengkonsumsi heroin yang mampu melakukan ini," jelas Erdogan.
Perlu diketahui, pembunuhan terhadap Khashoggi telah memicu kemarahan masyarakat internasional hingga muncul gelombang protes di berbagai belahan dunia.
Mereka pun kini masih menunggu kelanjutan kasus pembunuhan terhadap Kolumnis The Washington Post itu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.