Buruh China Dibayar Rp 185 Tiap Buat Boneka Ariel Seharga Rp 648.000
buruh pabrik tersebut, yang sebagian besar perempuan, hanya diberi upah 85 pence atau sekitar Rp 15.725 per jam tanpa tunjangan
Editor: Sanusi
Sebuah peneliti dari kedua kelompok investigasi itu mencatat, para buruh mengeluh sangat lelah dan tidak bisa tidur dengan nyaman. Selain itu, para buruh merasa pusing dan penglihatan menjadi buram karena melakukan hal yang sama berulang kali.
Simone Wasmann dari kelompok Solidar Suisse mengatakan, meskipun anak-anak menyukai mainan dari Disney, orangtua diharapkan memahami bahwa mainan itu dibuat dengan upah kerja yang murah dan jam kerja yang panjang.
"Bagi para buruh, itu hanya hari kesengsaraan. Mereka melakukan kerja lembur karena cuma hal itu saja yang bisa mereka lakukan untuk menghidupi kebutuhannya," ujar Wasmann pada The Guardian.
"Sudah saatnya Disney memberikan sesuatu yang lebih layak kepada orang-orang yang membuat barang dagangan mereka, misalnya menaikkan upah para buruh dan memotong jam lembur kerja," ucap Wasmann.
Tanggapan ETP, Disney, dan Mattel
Beberapa pabrik pembuat mainan terbesar, seperti Walt Disney dan Mattel, tergabung dalam Program Etik Mainan (ETP) di Dewan Internasional Industri Mainan. ETP menetapkan standar industri untuk memperbaiki jam kerja di pabrik-pabrik mainan.
Sementara, pabrik mainan Wah Tung telah disertifikasi oleh ETP. Juru bicara ETP, Mark Robertson mengatakan, berdasarkan laporan China Labour Watch, peraturan yang dijalankan oleh pabrik itu bertentangan dengan persyaratan program kerja di pabrik mainan, seperti jam kerja, upah, pembayaran liburan, dan cuti tahunan.
"Kami akan bekerja langsung dengan pabrik-pabrik untuk mengatasi setiap masalah yang diidentifikasi," ujar Robertson. "Kami menganggap masalah yang diangkat oleh China Labour Watch sangat serius dan telah membuat kami menyelidiki hal ini. Kami akan dengan cepat dan efektif menangani setiap masalah yang melanggar standar kami," kata dia.
Adapun, juru bicara Walt Disney mengatakan, sebagai anggota ETP, pihaknya berkomitmen untuk mencari jalan keluar terbaik. Disney juga mengacu pada pernyataan ETP, yang bersedia melakukan penyelidikan terkait kondisi kerja di pabrik-pabrik mainan.
Sedangkan, pihak Mattel mengatakan bahwa saat ini tidak ada produksi dari pabrik-pabrik mereka yang disebutkan dalam laporan China Labour Watch.
"Mattel berkomitmen untuk memastikan setiap orang yang membuat mainan dan produk kami diperlakukan dengan adil, dengan rasa hormat, dan mampu bekerja di lingkungan yang aman dan sehat," ujar salah satu juru bicara dari Mattel.
Pihak Mattel juga mengatakan, mereka berkomitmen menggunakan program standar, lingkungan, kesehatan, keselamatan kerja, dan proses pengawasan. Selain itu, Mattel juga menjunjung tinggi praktik kerja yang etis dan kepedulian terhadap lingkungan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nasib Buruh China, Dibayar Rp 185 Tiap Buat Boneka Ariel Seharga Rp 648.000"
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.