Jepang Pernah Bebaskan 4 Teroris Ditukar dengan Dubes di Kuwait Beserta Staf Lain
Pemerintah Jepang pernah bernegosiasi dengan teroris dan menyerahkan 4 teroris Jepang kepada teroris yang ada di Kuwait yang menyandera Duta Besar.
Editor: Dewi Agustina
Pada satu titik, ketika polisi dengan senjata otomatis mengepung gedung itu--yang berdekatan dengan Kementerian Luar Negeri Kuwait--para gerilyawan mengancam akan membunuh para sandera jika mereka diserang.
Polisi Kuwait membuat barikade di sekitar blok yang membuat kerumunan pengamat 200 meter jauhnya.
Tiba-tiba, seseorang mengulurkan tangan dari salah satu jendela kedutaan dan melemparkan selebaran, dengan huruf kasar dalam bahasa Arab, ke udara.
Selebaran itu berisi tulisan: "Kami menuntut agar Pemerintah Jepang segera mengirim pesawat terbang Jepang ke Singapura untuk membawa keempat pahlawan kami ke Kuwait."
Ishikawa, seorang diplomat karier berusia sekitar 55 tahun (tahun 1974) yang telah berada di Kuwait selama setahun; penasihat kedutaan; sekretaris keduanya, dan beberapa anggota staf lainnya.
Ini adalah pertama kalinya operasi gerilya teroris dimulai di Kuwait.
Perdana Menteri Jepang, Kakuei Tanaka di saat detik terakhir keputusannya akhirnya menyepakati mengirimkan pesawat khusus Japan Airline ke Kuwait membawa 4 teroris Jepang tersebut untuk ditukar dengan semua staf kedutaan termasuk Dubes Ishikawa.
Baca: Jokowi Naik Becak ke Lokasi Kampanye di Makassar, Gibran Kendarai Vespa Launching Markobar
Sebelum keputusan dikeluarkan Tanaka, staf Sekretaris 3 Kedutaan Jepang hampir saja jadi korban ditembak mati teroris tersebut.
Japan Air Lines DC - 8 akhirnya tiba di Singapura membawa teroris Jepang dan beberapa pejabat Kementerian Luar Negeri.
PM Kakuei Tanaka bahkan mengatakan bahwa dia siap untuk bertindak sebagai sandera jika perlu.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa Perdana Menteri Tanaka dan Menteri Luar Negeri Masayoshi Ohira telah melakukan kontak dengan para pejabat di Kuwait melalui telepon dan kabel.
Dalam telegram berbahasa Inggris, para gerilyawan memperingatkan bahwa “Pemerintah Jepang hanya memiliki waktu satu jam sejak menerima pesannya untuk mengeluarkan perintahnya secara publik untuk mengirim pesawat terbang ke Singapura, dan jika jam ini berlalu tanpa mengeluarkan pesanan, sandera pertama, sekretaris kedua kedutaan, akan dieksekusi."
Pada akhirnya pertukaran pun terjadi di Kuwait dan teroris berhasil kabur dengan pesawat yang dimintanya.
"Pesawat yang ditumpangi para teroris pun terbang dari Kuwait ke Yemen Selatan," ungkap sumber itu.