Kenaikan Keuntungan Bandara Narita Jepang, Tetapi Masih Terganjal Pembebasan Tanahnya
Nilai penjualan bandara Narita mencapai 249,7 miliar yen, meningkat 8% dari tahun fiskal sebelumnya
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo di Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Nilai penjualan Narita Airport Company (Bandara Narita) mencapai rekor tertinggi sekitar 250 miliar yen per 1 April 2019. Kenaikan 8% dibandingkan tahun lalu dan tertinggi sejak di privatisasi tahun 2004.
"Persaingan sangat ketat antar bandara internasional di Jepang. Tapi syukurlah kami dapat mencapai penghasilan dari sales tertinggi dalam sejarah selama ini," papar Makoto Natsume, presiden Narita Airport Co.siang ini (15/5/2019).
Nilai penjualan bandara Narita mencapai 249,7 miliar yen, meningkat 8% dari tahun fiskal sebelumnya, dan pendapatan (keuntungan) menunjukkan kenaikan 24%, menjadi 53,6 miliar yen. Nilai ini tertinggi sejak tahun 2004 waktu mulai di privatisasi.
Selain pendapatan dari bisnis operasi bandara seperti biaya penggunaan fasilitas bandara, faktor utama adalah bahwa bisnis penjualan seperti toko bebas bea meningkat sebesar 15% dari tahun fiskal sebelumnya dengan peningkatan wisatawan asing.
Secara khusus, harga pembelian per kapita wisatawan dari Cina, Hong Kong dan Taiwan adalah 8% lebih tinggi dari pada tahun 2015, ketika apa yang disebut Bakugai, atau belanja luar biasa banyak.
Meskipun meningkat keuntungan, namun pada akhir tahun fiskal mendatang laba akhir diperkirakan akan menurun karena peningkatan pembangunan fasilitas untuk Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo dan peningkatan biaya tenaga kerja untuk menutupi kekurangan tenaga kerja.
Sampai saat ini tanah di bandara Narita masih belum 100% bebas, masih ada yang terganjal pembebasan karena penduduk setempat menentang perluasan bandara Narita. Lihat foto spanduk, papan menentang pembangunan Narita yang difoto Tribunnews.com baru-baru ini dari dalam pesawat saat mendarat di bandara Narita.