Menlu Malaysia Paparkan Landasan Baru Politik Luar Negerinya di Paramadina
Melalui berbagai kerja sama yang telah dilakukan diharapkan hubungan antara Indonesia dan Malaysia semakin kuat.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga Survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) bekerja sama dengan Universitas Paramadina dan Dreya Communications menggelar kuliah umum yang bertemakan "Landasan Luar Negeri Malaysia".
Tema ini diangkat untuk mengetahui landasan politik luar negeri baru Malaysia.
Kuliah umum ini dihadiri Menteri Luar Negeri Malaysia YB Dato' Saifuddin Abdullah, Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah dan Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI, Hendri Satrio di Kampus Paramadina, Jakarta, Sabtu (20/7/2019).
Hadir pula Calon Dubes Malaysia, Zainal Abidin Bakar, Direktur Eksekutif KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo dan Managing Partner Dreya Communication, Inayat Hisyam.
Pemahaman tentang landasan terbaru negara Malaysia sangat diperlukan terutama untuk konsolidasi kebijakan di antara negara-negara di wilayah ASEAN, dan terutama dengan Indonesia.
Baca: Kisah Seru Journey of Wonder, Perjalanan Keluarga Petualang Keliling Dunia dengan Pajero Sport 4x4
Indonesia dan Malaysia adalah dua negara yang memiliki pengaruh besar di wilayah ASEAN, kerja-sama dan saling memahami antara kedua negara akan menjadi fundamental kekuataan baru di tengah arus globalisasi.
"Terdapat beberapa komponen penting yang kami sampaikan dalam kuliah umum kali ini yakni falsafah Malaysia Baharu, tujuan dasar luar Malaysia Baharu, Kementerian Luar Negeri Malaysia Baru serta perwakilan yang memaksimalkan berbagai bidang seperti keuangan, keahlian, pelatihan, dan pembangunan. Lalu, berbagai bentuk kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak, dan terakhir keterlibatan masyarakat Malaysia dalam proses pemahaman komponen tersebut." ujar Menteri Luar Negeri Malaysia YB Dato' Saifuddin Abdullah dalam pidatonya di Universitas Paramadina.
Baca: Versi Modifikasi Honda ADV150 Tampil dengan Konsep Urban Street
Karena itu, menurutnya dibutuhkan pula dukungan dari berbagai pihak agar setiap negara dapat saling bersinergi satu dengan lainnya, khususnya negara anggota ASEAN.
Dato' Saifuddin menambahkan, melalui berbagai kerja sama yang telah dilakukan diharapkan hubungan antara Indonesia dan Malaysia semakin kuat.
"Saya yakin hubungan Indonesia dengan Malaysia ke depan makin kokoh," ujarnya.
Firmanzah mengingatkan, Indonesia juga merupakan bagian dari ASEAN. "ASEAN adalah bagian integral dari Indonesia, apabila Indonesia terguncang, yang terguncang bukan hanya Indonesia, tetapi juga ASEAN, begitupun juga sebaliknya."
Ia juga menegaskan, persoalan ASEAN tidak bisa diselesaikan oleh satu negara. Kerjasama Malaysia dan Indonesia, akan menjadi penopang segala penyelesaian persoalan dan melihat visi ekonomi ASEAN ke depan.
Topografi dan konteks yang hampir mirip dengan Indonesia, penduduknya juga mirip, sama-sama sudah selesai menyelesaikan pesta demokrasi.
Kedua negara ini harus bisa saling memperkuat dan memperkokoh ide ASEAN Centrality yang sempat surut, akibat pertarungan dua kekuatan besar, Cina dan Amerika Serikat.
Pada sesi sebelumnya, Hendri Satrio yang biasa disapa HenSat memaparkan berdasarkan hasil survei KedaiKOPI "65% menyatakan bahwa keanggotaan Indonesia dalam ASEAN sangat bermanfaat. 70,9% optimis terhadap masa depan ASEAN dan 41% yakin ASEAN akan lebih maju untuk ke depannya."
Selain itu, ia juga memaparkan bahwa 65% hubungan Indonesia dan Malaysia pada pemerintahan Jokowi-Mahruf Amin lebih baik. 35,9% publik menyatakan kerjasama antara Malaysia dan Indonesia yang perlu ditingkatkan adalah bidang ekonomi dan perdagangan.
Hensat berharap melalui salah satu program Kuliah Umum ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang bagaimana idealisme berbagai negara agar Indonesia semakin maju dan mampu semakin luas berkontribusi di berbagai negara di dunia. Hal ini dimulai melalui kalangan akademisi dan selanjutnya dapat diikuti oleh kalangan lainnya.