Ternyata Pabrik Nissan Motor Jepang Yang Ada di Indonesia Akan Ditutup
Nissan mengumumkan rencananya untuk merampingkan produksi di total 14 lokasi pada bulan Juli 2019.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ternyata Nissan Motor Jepang telah menutup pabrik pertama di Indonesia, khususnya jalur produksi 1. Salah satu dari dua pabrik yang dimiliki Nissan di Indonesia akan dilakukan pengurangan 830 karyawannya di Indonesia.
"Kekuatan Nissan tidak membaik dan penjualan terus menurun di Indonesia, sehingga dinilai sulit untuk keluar dari operasi yang rendah," tulis koran industri Jepang Newswitch hari ini (20/9/2019).
Konfirmasi Tribunnews.com langsung ke kantor Nissan Motor di Yokohama mengatakan benar akan dilakukan penutupan pabrik Nissan di Indonesia.
"Kita telah mengumumkan sebenarnya Juli 2019. Kapan ditutup belum tahu dan memang belum bisa kita sampaikan saat ini," papar sumber Tribunnews.com di Nissan Motor Jumat ini (20/9/2019).
Lalu bagaimana kelanjutan karyawan Nissan di Indonesia sebanyak 830 orang apabila pabrik tersebut ditutup?
"Itu juga belum dapat kami sampaikan karena bukan hanya Indonesia tetapi beberapa negara juga akan kami tutup pabrik Nissan," tambahnya lagi.
Nissan berencana mengurangi kapasitas produksi tahunan dunia menjadi hanya 6,6 juta unit pada tahun 2022, sebagai bagian dari rekonstruksi manajemennya.
Hiroto Saikawa mengundurkan diri sebagai presiden dan CEO pada tanggal 16 September 2019, tetapi eksekutif Nissan mengatakan bahwa "reformasi bisnis belum berubah" dan akan mempercepat rasionalisasi produksi.
Pabrik pertama yang ditutup di Indonesia mulai beroperasi pada pertengahan 1990-an dan menghasilkan kendaraan serba guna (MPV) dan kendaraan serba guna olahraga (SUV).
Meskipun kapasitas produksi tahunan adalah 100.000, model produksi terbaru adalah SUV "X-Trail" saja, dan jumlahnya sangat kecil.
Nissan mengumumkan rencananya untuk merampingkan produksi di total 14 lokasi pada bulan Juli 2019.
Indonesia juga termasuk, dan ketika rencana diumumkan, dijelaskan bahwa “satu jalur dihentikan”. Pabrik kedua akan diperiksa ke arah masadepannya, dan rencana untuk mengurangi total 830 orang di dua pabrik akan tetap tidak berubah.
Pabrik kedua mulai beroperasi pada 2014, dan kapasitas produksi tahunan Nissan di negara itu mencapai 250.000 unit.
Namun, "Nissan" dan "Datsun" untuk negara-negara berkembang belum meningkat kekuatan mereka, dan penjualan pada tahun 2018 menurun 30% dari tahun sebelumnya ke level rendah sekitar 17.000 unit.
Pasar mobil memburuk, dan penjualan kumulatif untuk periode Januari-19 Juli turun 14% YoY (year on year) menjadi sekitar 570.000 unit. Lingkungan bisnis sangat parah, dan Nissan menilai terjadi kesulitan untuk meningkatkan operasi pabrik pertama.
Di Nissan, pabrik di negara-negara berkembang yang berinvestasi dalam "Power 88", sebuah rencana manajemen jangka menengah (tahun 2011-2016), yang dipimpin oleh terdakwa Carlos Ghosn, mengalami kemunduran.
Nissan tampaknya berusaha mewujudkan rencana rasionalisasi pada tahap awal dan bergegas untuk beralih dari skala kuantitas ke manajemen yang berorientasi kualitas.