Kejayaan Presiden Xi Jinping di Perayaan 70 Tahun Berdirinya Republik Rakyat Tiongkok
Republik Rakyat Tiongkok didirikan oleh pemimpin Partai Komunis China Mao Zedong pada 1 Oktober 1949.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Peringatan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang jatuh tiap 1 Oktober 2019, biasanya ditandai pidato, pengibaran bendera, kembang api dan simbol perayaan sejenisnya.
Pada Hari Nasional Tiongkok itu, biasanya akan ada pertunjukan pawai massa.
Menariknya, untuk kali ini akan ada parade militer karena 2019 merupakan tahun kejayaan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Dikutip dari laman Bloomberg, Minggu (29/9/2019), tahun ini membawa signifikansi khusus bagi dirinya sekaligus menandai 70 tahun pemerintahan Partai Komunis, satu tahun lebih lama dari Uni Soviet.
Tahun 2019 juga dianggap sebagai tahun polemik bagi Tiongkok, hal itu karena adanya serangkaian tantangan potensial.
Mulai dari kenaikan harga, perlambatan ekonomi di daratan, protes pro-demokrasi di Hong Kong hingga pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang lebih konfrontatif.
Republik Rakyat Tiongkok didirikan oleh pemimpin Partai Komunis China Mao Zedong pada 1 Oktober 1949.
Baca: Hari Ini BEM Seluruh Indonesia Siapkan Demo Akbar Tolak Revisi UU KPK
Itu terjadi setelah empat tahun mengalami perang saudara dengan Partai Nasionalis atau Kuomintang, pasca berakhirnya pendudukan Jepang selama Perang Dunia (PD) II.
Baca: APBN 2019 Diperkirakan Makin Tekor karena Defisit Anggaran yang Berpotensi Melebar
Selama beberapa dekade, kedua belah pihak telah berjuang mati-matian untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh Revolusi Tiongkok 1911 yang mengakhiri masa Dinasti Qing.
Baca: Fahri Hamzah: Jokowi Bisa Jatuh di Tengah Jalan Kalau Pilih Kabinet Isi Pembebek dan ABS
'Jatuhnya' daratan Tiongkok ke komunisme pada 1949, membuat Amerika Serikat (AS) saat itu menunda hubungan diplomatiknya dengan Tiongkok selama beberapa dekade.
KMT dan 1,5 juta pengungsi pun melarikan diri ke pulau Taiwan, di mana mereka membentuk pemerintahan 'saingan'.