Warga Gaza dan Suriah Butuh Bantuan untuk Hadapi Musim Dingin
Musim dingin akan segera datang, sementara sebagian besar keluarga di Gaza dan Suriah masih harus berjuang menghadapi musim dingin dalam keadaan serba
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Musim dingin akan segera datang, sementara sebagian besar keluarga di Gaza dan Suriah masih harus berjuang menghadapi musim dingin dalam keadaan serba kekurangan. Anak-anak di Gaza juga belum tentu memiliki jaket, selimut, dan baju hangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Begitu pula musim dingin yang biasanya dihadapi saudara-saudara di Suriah.
Jelang musim dingin, Abu Ali di Gaza pun diliputi kekhawatiran dan ketakutan. Ia bersama 12 orang anggota keluarga lainnya tinggal di satu rumah yang berdinding retak, berjendela rusak, dan beratap asbes. Keadaan itu tidak memungkinkan melindungi keluarga mereka dari hujan dan dingin.
“Kami tidak memiliki pemanas dan kami bertahan dengan menggunakan kayu bakar untuk menjaga kami tetap hangat. Ini tidak terlalu aman karena kami memiliki anak kecil dan orang tua yang dapat terkena sesak napas. Kalau tidak begitu, apalagi yang bisa kami perbuat dan bagaimana kami bisa mendapatkan hangat ketika hujan turun setiap hari?” pungkasnya.
Musim dingin bukan hanya menjadi momok bagi sejumlah keluarga, tetapi juga berdampak bagi dunia pendidikan. Direktur Tanggap Darurat Kementerian Pendidikan Palestina Hatem Gaith mengatakan, pemerintah berharap sejumlah pihak membantu perbaikan fasilitas sekolah seperti jendela- jendela tanpa kaca untuk menghadapi musim dingin nanti. Menurut Hatem, paling tidak 113 sekolah di Gaza membutuhkan perbaikan jendela.
Kebutuhan siswa di Gaza seperti perlengkapan jaket, sepatu dan payung sebgai peralatan yang menunjang mereka untuk berangkat menuju sekolah di musim dingin. “Ada 90 ribu siswa prasejahtera di Gaza,” kata Hatem.
Hatem juga berharap, di musim dingin lapangan dan jalan sekolah-sekolah yang biasanya tergenang banjir di musim dingin bisa di paving agar para siswa bisa sekolah dengan nyaman. “Setiap musim hujan sekolah-sekolah tersebut terendam banjir selama musim dingin. Butuh energi solar untuk menerangi ruang kelas,” kata Hatem.
Tidak hanya Gaza, warga Suriah juga harus menghadapi musim dingin tanpa tempat tinggal yang layak, tanpa pemanas ruangan, bahkan tanpa kesediaan bahan makanan. Iman, seorang ibu dari Aleppo, harus kehilangan dua orang buah hatinya saat musim dingin datang. Bayi Iman meninggal dunia karena kedinginan. Saat itu Iman tengah berusaha memberikan susu hangat, namun dingin lebih dulu merenggutnya. Beberapa minggu kemudian, anak perempuannya juga meninggal dunia. Kelaparan membuat anak perempuan Iman tidak dapat melawan sakit yang dialaminya.
Ketika temperatur turun drastis, gubuk mereka yang sudah rapuh pun rusak karena badai salju dan suhu di bawah titik beku. Basah dan kedinginan tanpa baju hangat. Anak-anak Iman harus berhadapan dengan musim dingin yang mematikan dalam suhu yang tidak dapat diprediksi.
Sementara itu di Idlib, Firdaus Guritno dari tim Global Humanity Response (GHR) – Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengatakan, musim dingin juga mencekam para pengungsi di wilayah Idlib yang tinggal di tenda-tenda. Dari jutaan pengungsi, kata Firdaus, tidak semua dari mereka memiliki persediaan pangan dan sandang untuk musim dingin. “perlengkapan musim dingin, bahan bakar, dan selimut adalah hal-hal yang mereka butuhkan. Jumlah pengungsi di Idlib jutaan dan masih sangat banyak yang tinggal di tenda-tenda,” kata Firdaus.