Smart Nogyo Jepang Pakai Traktor Jarak Jauh, Otomatis Seleksi Beras Berkualitas Saat Panen
Salah satu upaya mengantisipasi kurangnya tenaga kerja di Jepang untuk dunia pertanian dengan pembuatan proyek smart nogyo (pertanian).
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Penduduk Jepang kini jumlahnya semakin berkurang. Sementara usia rata-rata penduduk Jepang sekitar 65 tahun, didominasi oleh lansia (lanjt usia). Akibatnya hal ini menjadi permasalahan bagi dunia pertanian di Jepang.
Salah satu upaya mengantisipasi kurangnya tenaga kerja di Jepang untuk dunia pertanian dengan pembuatan proyek smart nogyo (pertanian) berupa penggunaan traktor sawah menggunakan pengendali jarak jauh (remote control = RC).
Bukan hanya traktor RC saja, tetapi merupakan traktor yang sangat canggih bisa langsung mendeteksi dan menyeleksi padi yang berkualitas atau tidak saat memanen sawah pakai traktor seharga 16 juta yen tersebut (per unit).
Universitas Kyoto mendapat anggaran dari pemerintah Jepang (kementerian pertanian) sebesar 4,7 miliar yen untuk melakukan berbagai percobaan.
Salah satu uji cobanya diberikan kepada Wakasa Megumi Co.Ltd di Obama Perfektur Fukui yang memiliki sekitar 80 hektar tanah pertanian dan kini mengelola 150 hektar tanah persawahan untuk dipanen menggunakan traktor khusus tersebut.
Konsorsium yang termasuk di dalamnya Wakasa Megumi tersebut mengelola sawah (melakukan panen) dengan traktor khusus tanpa tenaga manusia itu hanya dengan RC dikendalikan dari jauh.
Dengan traktor RC saat panen di sawah itu, terkoneksi pula dengan GPS sehingga jalan traktor membajak sawah dan memanen bisa lurus dengan baik, tak ada ruangan tanah yang mubazir tidak terkelola atau tidak terbajak.
Bukan hanya itu saja, saat memanen sawah, alat tersebut dapat menyensor, melihat dengan tepat mana beras yang berkualitas tinggi, mana yang berkualitas rendah sehingga otomatis dapat terseleksi saat panen sawah.
"Kita mendapat proyek dari konsorsium dan kini mengerjakan 150 hektar lahan sawah. Datanya kita kirimkan ke Universitas Kyoto sedikitnya selama dua tahun," papar Morishita seorang eksekutif dari Wakasa Megumi, Senin (28/10/2019) kepada Tribunnews.com.
Baca: Kisah Sejarah Biola WR Supratman di Museum Sumpah Pemuda
Baca: Viral Video Pelajar Punya Suara Mirip Jokowi, Awalnya Jadi Pengisi Suara, Ungkap Keinginannya
Baca: Jenazah di dalam kontainer: Keluarga di Vietnam berharap ada mukjizat
Traktor dan alat canggih lain dari Yanmar juga, tidak dibelinya tetapi dipinjamkan 100 persen kepada perusahaan itu untuk mengelola sawah di Fukui.
Dengan adanya alat canggih tersebut, tenaga kerja manusia tidak dibutuhkan dan panen sawah pun semakin cepat dan semakin terseleksi dengan baik karena alat bisa mengetahui kualitas beras masing-masing saat dipanen.
Smart nogyo di Jepang juga menemukan cara menanam biji padi untuk bisa tumbuh dengan baik dan bahkan lebih enak dengan melapisi biji padi dengan semacam zat besi.
Setelah ditaburkan menggunakan drone dari udara, biji padi langsung terendam ke tanah, tumbuh dengan baik tanpa gangguan penyakit atau dimakan burung.
Apabila biji padi yang biasa, umumnya mengambang di air persawahan, lalu terkena penyakit dan atau dimakan burung sehingga sawah menjadi rusak panen kurang berhasil.
Pelapisan biji padi itu juga masu ke dalam proyek Smart Nogyo Kementerian Pertanian Jepang yang justru membuat kesuksesan panen semakin tinggi dan rasa beras bahkan semakin enak.
"Kemajuan pertanian di Jepang saat ini memang semakin hebat dan semua berkat bantuan pemerintah Jepang juga, di tengah kurangnya sumber daya manusia saat ini," ungkapnya.
Presdir Wakasa Megumi Yasunori Maeno (57) telah memiliki pengalaman sedikitnya 20 tahun di bidang pertanian dan merasa senang juga dengan bantuan pemerintah dewasa ini sehingga pengelolaan sawah dapat lebih nyaman, bisa dimonitor lewat komputer.