Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ai Medical Clinic Ginza di Jepang Manfaatkan Teknologi Diagnostik Termodern Deteksi Dini Kanker

Ai Medical Clinic Ginza Tokyo, kecanggihan pelayanannya terutama di bidang pendeteksian dan antisipasi kanker menarik untuk diperhatikan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Ai Medical Clinic Ginza di Jepang Manfaatkan Teknologi Diagnostik Termodern Deteksi Dini Kanker
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Dr Norimasa Tsukada, Clinic Head (kiri), dan Shinji Yamanouchi (kanan), CEO Well Medical Group. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ai Medical Clinic Ginza Tokyo, klinik medis Jepang ini memang baru beberapa tahun berdiri. Namun kecanggihan pelayanannya terutama di bidang pendeteksian dan antisipasi kanker menarik untuk diperhatikan.

Tribunnews.com melakukan wawancara khusus dengan CEO Well Medical Group, Shinji Yamanouchi baru-baru ini.

T (Tribunnews.com): Kapan klinik ini (Ai Medical Clinic Ginza) dioperasikan?

A (Klinik AI): Sebenarnya kami juga telah mengoperasikan beberapa klinik sebelumnya hingga saat ini, tetapi untuk klinik ini telah dibuka sejak September 2019.

T: Kalau begitu kapan klinik lain awalnya dibuka?

A: Klinik yang mirip dengan klinik ini adalah kira-kira sejak sekitar dua tahun yang lalu.

Berita Rekomendasi

T: Awalnya bagaimana klinik ini berdiri?

A: Pada awalnya saya melakukan berbagai menu terapi di klinik Harajuku dan Hibiya, dan kemudian setiap menu terapi unggulan di setiap klinik kami padukan dan lengkapi di Ginza sini. Sekarang Klinik Harajuku menjadi beauty care klinik dengan menu yang berbeda.

T: Apa saja yang dikerjakan di klinik ini ?

A: Klinik ini tidak hanya pada perawatan kecantikan saja, tetapi juga fokus kepada perawatan anti penuaan (anti aging) dan pencegahan penyakit di masa depan dengan melakukan risk-hedge; risk : risiko, hedge : mencegah/ menghindari, artinya mencegah atau menghindari resiko/potensi (penyakit/ kanker) yang mungkin terjadi di masa depan dengan melakukan pengukuran dan analisa sejak dini.

Orang-orang Jepang diprediksi bahwa dari sejak lahir hingga meninggal 50 persennya terkena kanker.

Statistik menunjukkan bahwa pria memiliki sekitar 60 persen kecenderungan dan wanita 45 persen risiko terkena kanker.

Dr Norimasa Tsukada, Clinic Head (kiri), dan Shinji Yamanouchi (kanan), CEO Well Medical Group.
Dr Norimasa Tsukada, Clinic Head (kiri), dan Shinji Yamanouchi (kanan), CEO Well Medical Group. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

Berangkat dari hasil statistik tersebut kami fokus pada `risk-hegde` atau mengukur risiko-risiko tersebut dan mencegahnya ke arah yang lebih buruk. Kami mendeteksi secara dini lebih awal.

Kebanyakannya pada kasus di mana kanker itu ditemukan oleh mesin pencitraan diagnostik saat ini, biasanya sudah dalam kondisi yang terlambat, dan sudah ditemukan dalam situasi di mana gejala-gejala subyektif muncul.

Ketika ditemukan, ukurannya sudah terlalu besar untuk disembuhkan tanpa operasi. Mungkin sekitar lebih dari 1 cm.

Jika sudah mencapai ukuran ini, jumlah sel kanker diprediksi sudah melebihi sekitar 10 miliar, sehingga akan sulit untuk dihilangkan tanpa operasi. Bahkan pasca operasi pun umumnya untuk mencegah kekambuhan dilakukan juga kemoterapi.

Metode terapi ini memang efektif, tetapi biar bagaimanapun asuransi tidak dapat diklaim kalau belum didiagnosis kanker, dalam arti sebelum kanker membesar sehingga dapat ditemukan oleh mesin pencitraan diagnostik, maka belum dapat didiagnosis adanya kanker dan belum dapat mengklaim asuransi kalau berdasarkan sistem asuransi di Jepang.

Diperlukan waktu 10 sam[ai 20 tahun dari mulai terbentuknya 'telur' sel kanker hingga menjadi ukuran sel kanker yang matang.

Fase sebelum sel kanker lahir dan kemudian perlahan menjadi besar dalam 10-20 tahun dikenal dengan nama fase inkubasi.

Kami berpikir bagaimana memusnahkan sel-sel kanker tadi sebelum menjadi besar, bagaimana mendeteksinya, menemukannya sedini mungkin. Jawabannya adalah mikro RNA.

Ini adalah pemeriksaan gen-gen sel kanker yang masih dalam ukuran sangat kecil, atau masih dalam fase inkubasi yang mana dalam ukuran ini tidak dapat dideteksi oleh mesin pencitraan diagnostik saat ini.

Kita juga dapat mengetahui lokasi di mana kanker itu berasal dari informasi genetik ini.

Berdasarkan hasil analisis mikro RNA diatas, kami melakukan terapi pencegahan yaitu imunoterapi (autologous/berasal dari diri pasien sendiri) kepada mereka yang terindikasi adanya risiko terkena kanker di masa depan.

Tujuan kami adalah berusaha mengurangi jumlah orang yang kemungkinan akan terkena kanker di masa depan.

Dr Norimasa Tsukada, Clinic Head (kiri), dan Shinji Yamanouchi (kanan), CEO Well Medical Group.
Dr Norimasa Tsukada, Clinic Head (kiri), dan Shinji Yamanouchi (kanan), CEO Well Medical Group. (Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo)

T: Apakah mungkin untuk mengobatinya setelah menderita kanker?

A: Ya. Tetapi juga tergantung pada stadium kankernya, dan imunoterapi mungkin dilakukan. Melalui Imunoterapi ini sendiri dikembangbiakkan 1 hingga 10 miliar sel kekebalan.

Namun, imunoterapi menjadi kurang efektif ketika sel-sel kanker sudah tumbuh lebih lanjut.

Misalnya, satu sel imun dapat membunuh satu sel kanker (satu banding satu). Jadi misalnya, 100 miliar sel kanker berbanding dosis pemberian imunoterapi ini 1 miliar sel imun, maka sangat sulit sel kanker tersebut dimusnahkan.

Tetapi dosis pemberiannya pun ada batasan-batasannya. Mungkin ada beberapa dokter yang mengatakan imunoterapi juga efektif pada sel-sel kanker yang telah menjadi besar. Tetapi kami pikir tidak demikian.

Menurut kami imunoterapi akan lebih efektif ketika ukuran sel kanker masih kecil atau pasca tindakan kuratif lain seperti operasi, setelah sel kanker yang besar tadi diambil dari tubuh untuk mencegah agar tidak kambuh.

T: Jadi tidak mungkin jika itu adalah sel kanker yang sangat besar.

A: Secara medis tidak mungkin. Kami merekomendasikan untuk tindakan operasi terlebih dahulu. Pada stadium ini kemungkinan sel-sel kanker sudah invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah, sehingga mereka dapat bermetastasis dengan cepat.

Umumnya untuk mencegah kekambuhan setelah operasi, kita melakukan imunoterapi untuk menekan pertumbuhannya, tetapi ini tidak mungkin jika kita mencoba untuk mengobati sel kanker berukuran besar dengan hanya imunoterapi saja.

Baca: Yakin Menang, Kento Momota Keluarkan Aksi Tengil: Berpose saat Raih Poin dan Push Up di Lapangan

Baca: Angin Kencang, Topi Paus Fransiskus Terpaksa Dilepas Saat Tiba di Jepang

Beberapa dokter mengatakan itu bisa, tetapi kami tidak berpikir seperti itu.

T: Jika itu dilakukan pada rumah sakit besar apa bisa?

A: Untuk sistem asuransi Jepang saat ini, rumah sakit di Jepang tidak melakukan imunoterapi. Karena pada saat ini Imunoterapi tidak ditanggung oleh asuransi.

T: Apa yang terjadi jika pasien ingin melakukannya meskipun tidak ditanggung oleh asuransi?

A: Sekalipun ada keinginan yang kuat, tidak mungkin di rumah sakit Jepang dengan menggabungkan pengobatan yang ditanggung asuransi dan di luar tanggungan asuransi.

Jika itu dilakukan, maka biaya terapinya dapat mencapai puluhan juta yen karena semua perawatan medis yang berhubungan dengan imunoterapi tidak ditanggung asuransi.

Biaya sewa tempat tidur rumah sakit, rawat inap, suplemen nutrisi, antibiotik, dan pemeriksaan klinis semuanya menjadi tindakan yang tidak ditanggung asuransi.

T: Jika kita punya uang mau dilakukan di Jepang bagaimana?

A: Berdasarkan sistem yang ada saat ini tidak bisa melakukannya di rumah sakit Jepang. Tetapi bisa dikerjakan di klinik kami. Imunoterapi bisa dilakukan di rumah sakit di luar negeri.

T: Negara mana?

A: Misalnya, di Amerika Serikat, itu karena tidak menganut sistem asuransi di amerika.

Di Jepang, tidak dilakukan di rumah sakit karena tidak dapat ditanggung dengan sistem asuransi saat ini karena biayanya sangat mahal.

Ide pemikiran kami adalah, mendeteksi kanker sedini mungkin dan mencegahnya supaya tidak menjadi kanker yang lebih besar dengan imunoterapi.

Tetapi untuk sel kanker berukuran besar, kami menganjurkan untuk tindakan kuratif lainnya terlebih dahulu seperti operasi, lalu untuk mencegah kekambuhan kembali dapat dilakukan imunoterapi. Menurut kami cara ini adalah penggunaan imunoterapi yang benar.

T: Apakah CEO Yamanouchi awalnya seorang dokter?

A: Latar belakang saya adalah perusahaan farmasi. Meskipun itu ketika saya masih sangat muda, ada banyak hal yang saya mulai hingga terlibat dalam bidang managemen klinik saat ini.

T: Di klinik ini ada berapa orang dokter?

A: Ya. Ada beberapa dokter yang bersama-sama melakukan penelitian dan pengembangan terapi ini. Pada awalnya saya berkecimpung dalam dunia pengobatan radio-isotop khususnya dalam pengobatan kanker.

Saya meneliti efektivitas sebuah obat anti kanker, apakah obat (kemoterapi) yang diberikan mampu menjangkau sel target, seberapa besar jumlah obat yang tersisa pada saat mencapai sel target (sel kanker).

Radioisotop (zat radioaktif) tadi, dengan menandainya lewat pemberian marker, dan gerakan mereka di pembuluh darah dipantau melalui foto dengan kamera dari luar.

Baca: Pembeli Rumah Dijanjikan Pemandangan Taman Lengkap dengan Kolam, Ternyata Terbuat dari Plastik

Baca: Menteri Retno Hadiri Pertemuan Menlu G-20, Dorong Paradigma Perdagangan Win-Win Bukan Zero Sum

Dari hasil pengamatan bahwa terjadi penurunan jumlah atau dosis obat pada saat menjangkau sel target. Bahkan jika 100 persen diberikan pun, hanya sekitar 7 persen yang benar-benar mencapai tujuan.

Berbagai makalah diterbitkan berdasarkan hasil penelitian yang mirip dengan tersebut diatas dan hasilnya hampir sama. Begitu pula dengan imunoterapi, akan lebih efektif saat ukuran sel kanker (sel target) nya masih sangat kecil (<0.5cm) pada stadium 0-1.

Imunoterapi itu sendiri, ada DC, NK, limfosit tipe T, terapi BAK, dan baru-baru ini terapi NKT. Saat ini masih ada perdebatan tentang apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil, tetapi semuanya berhasil.

Imunoterapi efektif pada sel kanker yang masih kecil, tetapi jika kita memberi terlalu banyak kekebalan tubuh untuk membunuh kanker besar di tubuh maka dapat muncul efek samping yang lain seperti penyakit autoimun.

Maka dari itu jumlah yang dapat diberikan pun terbatas. Dosis yang aman adalah jumlah yang dapat diberikan dengan aman tanpa menimbulkan efek samping.

Selain kanker, ada juga penyakit yang dapat terjadi akibatnya menyempitnya saluran pembuluh darah. Stroke, demensia, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.

Penyakit gangguan pembuluh darah ini terjadi secara bertahap perlahan-lahan hingga menjadi tersumbat. Proses ini juga dikarenakan oleh arteriosklerosis atau pengerasan pembuluh darah.

Selaput-selaput pembuluh darah terdiri dari banyak lapisan. Lapiran terdalam yang bersentuhan dengan aliran darah atau selaput bagian dalam akan rusak secara perlahan melalui proses arteriosklerosis itu sendiri (penuaan pembuluh darah).

Proses penuaan dinding pembuluh darah ini akan melemahkan fungsinya, jika ada luka meskipun luka/robekan kecil pun kolesterol akan masuk perlahan secara terus-menerus lama-lama dinding pembuluh darah membengkak dan mengakibatkan robekan yang lebih besar.

Trombosit mencoba untuk melindunginya dan cenderung mengeras di tempat yang telah rusak, mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah. Lalu bagaimana pencegahannya.

Pertama, kita harus merawat pembuluh darah dari proses penuaan ini, dan proses pembentukan plak-plak ini.

Pada klinik kami ada terapi hydrogen, dimana berdasarkan berbagai penelitian sebelumnya terbukti mampu melindungi selaput pembuluh darah ini dari radikal-radikal bebas, karena hydrogen adalah anti oksidan yang sangat kuat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa selaput bagian dalam ini dapat dipertahankan agar tetap normal dengan memasukkan hidrogen ke dalam tubuh.

Baca: Kedatangan Paus ke Jepang Sudah Dinantikan Sejak 6,5 Tahun Lalu via Undangan Pemerintah

Baca: Kisah Haru di Balik Monumen Berbahasa Jepang di Candi Mendut

Hal ini terlihat pada pembuluh darah seseorang yang meninggal karena jantung koroner, terdapat lapisan lemak yang tebal dalam pembuluh darah yang kalau tidak dicegah akan menyebabkan pembuliuh darah tersumbat.

Selain terapi hydrogen yang mempertahankan kesehatan selaput dinding pembuluh darah, ada juga terapi yang bertujuan mengurangi lemak yang beredar dalam aliran darah secara paksa, yaitu Double Filtration Plasmapharesis atau metode dua kali filtrasi plasma untuk mengambil lemak (kolesterol, trigliserida, sisa-sisa metabolisme).

Selama ±3jam darah akan dipompakan ke filter khusus dan dibersihkan, didetoksifikasi, kemudian plasma darah yang sudah bersih tersebut akan dialirkan kembali kedalam tubuh.

Terapi ini dikerjakan oleh teknisi yang profesional, menggunakan alat-alat sekali pakai (disposible) sehingga aman dan bebas dari kontaminasi.

T: Apakah di klinik ini dapat menggunakan asuransi ?

A: Klinik ini tidak bisa menggunakan asuransi. Di Jepang, kita tidak dapat menggunakan asuransi untuk terapi yang bersifat pencegahan/ preventif.

Umumnya asuransi ini akan berlaku setelah ada diganosis dari dokter yang tentunya sudah ada gejala/indikasi medis terlebih dahulu.
Pada dasarnya rumah sakit rumah sakit di Jepang menangani kasus-kasus penyakit yang sudah ada gejala/keluhan atau indikasi kearah penyakit.

Bahkan setelah jatuh kedalam kondisi kritis pun teknologi kesehatan Jepang saat ini dianggap mampu menyelamatkan kondisi tersebut.

Teknologi yang berkelas dunia, dan tenaga medis yang profesional dan tangguh ini membuat Jepang dikenal unggul dalam dunia kedokteran hingga saat ini.

Namun sebaliknya belum ada rumah sakit yang melakukan terapi preventif tersebut dan kita hanya dapat melakukannya di klinik.

T: Apakah klinik ini juga melakukan tindakan operasi, misalnya pada kasus kanker ?

A: Klinik ini tidak melakukan tindakan operasi. Tetapi kami bekerja sama dengan rumah sakit-rumah sakit khusus yang tentunya melakukan prosedur operasi maupun kemoterapi dalam menangani kasus kanker stadium lanjut.

Di klinik ini kami melakukan apa yang tidak bisa dilakukan di rumah sakit, yaitu terapi preventif. Baik sebelum terindikasi kanker ataupun pasca terapi (operasi, radiasi, kemoterapi) di rumah sakit lain, menggunakan imunoterapi untuk mencegah agar tidak kambuh kembali.

Ketika sel kanker masih sangat kecil, maka tidak terdeteksi dalam pencintraan diagnostik saat ini. Dan kita tidak dapat melakukan prosedur operasi karena tidak tahu di mana letaknya, karena ukuran yang masih sangat kecil.

Untuk kanker yang seperti ini dapat diobati dengan metode imunoterapi. Tetapi untuk sel kanker berukuran besar yang sudah mencapai 1cm (10 miliar sel) imunoterapi saja tidak akan cukup, diperlukan tindakan operasi untuk mengambil sel kanker yang sudah besar tadi, atau kemoterapi.

Misalkan ada kanker pada hati atau usus, tetapi belum ada gejala/keluhan sama sekali, jadi kita tidak bisa melakukan operasi karena ukuran yang sangat kecil, atau tidak terlihat pada alat pencitraan diagnostik, lalu apakah kita akan melakukan kemoterapi ?

untuk kanker yang ukurannya sangat kecil tersebut, apakah kita berikan terapi yang disertai efek samping yang kuat seperti kerontokan rambut, membunuh sel-sel tubuh yang sehat juga dan sebagainya?

Tentu tidak. Maka dari itu pentingnya melakukan deteksi sedini mungkin, karena sel-sel kanker yang masih sangat kecil itu dapat dilawan dengan imunoterapi yang aman dan tanpa efek samping tersebut.

Diperlukan 10 hingga 20 tahun untuk mencapai ukuran kanker 1 cm. Mungkin mereka yang berpikir bahwa tidak apa-apa, dan mereka yang tidak menemukan kanker dalam pemeriksaan umum normal, mungkin juga saat ini sel-sel kanker sudah tumbuh di dalam tubuh.

Jika kita melakukan imunoterapi maka risiko terkena kanker selama 5 hingga 10 tahun kedepan akan berkurang.

Baca: Kesepakatan Dua Menlu, Jepang akan Tetap Bantu Pengembangan Pulau-pulau Terpencil di Indonesia

Baca: Hasil Lengkap Final Korea Masters 2019, Jepang Borong Dua Gelar, Lin Dan dan Sung Ji Hyun Tumbang

Staf Yamanouchi, Mr. Yared Fernandes menambahkan, "Orang-orang Jepang secara budaya, cenderung berobat setelah muncul gejala atau setelah jatuh sakit.

Tetapi akhir-akhir ini pola pikir tersebut perlahan mulai berubah‘‘. Berbeda dengan penduduk Jepang, orang-orang di luar negeri sekarang ini lebih dominan dalam pola pikir untuk mencegah sebelum menjadi penyakit.

Seperti yang dilakukan oleh pasien-pasien VIP kami dari berbagai negara Asia yang datang ke sini.

T: Apakah ada daftar harga di situs web atau di sosial media ?

A: Kami tidak memposting daftar harga pada website ataupun sosial media. Kami berkomunikasi dengan pasien-pasien kami secara langsung maupun tidak langsung bersama-sama dengan para agen profesional yang telah dipercaya oleh pasien-pasien VIP tersebut, sehingga menjamin terjaganya privasi dari pasien-pasien kami dari seluruh dunia.

T: Apa pendapat tentang kontribusi ke Indonesia? Misalnya, membuka kantor perwakilan di Indonesia.

A: Saya pikir tidak mudah untuk membuka kantor perwakilan di Indonesia dalam waktu dekat.

Namun, dapat berupa kemitraan dengan Indonesia, kemitraan dapat berupa personal maupun institusi seperti rumah sakit, organisasi atau komunitas yang memiliki minat yang kuat terhadap kesehatan.

Kolaborasi dengan institusi penyedia layanan kesehatan maupun perusahaan-perusahaan yang memiliki semangat yang sama dalam pengembangan terapi preventif ini.

Selain pemeriksaan deteksi dini sel kanker ataupun genetik kanker, pencegahan atau pengobatan kanker stadium awal dengan imunoterapi, lalu pencegahan penyakit akibat penyempitan pembuluh darah, kami juga menyediakan terapi regeneratif atau anti-aging menggunakan ekstrak stem sel plasenta dan darah tali pusar manusia dan terapi hydrogen.

Semua terapi tersebut dikerjakan di klinik kami Ai Medical Clinic Ginza Tokyo. Bagi yang tertarik silakan email ke: ai@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas