Al Gore Memuji Indonesia
“Kemajuan yang sudah dicapai memberi kita harapan, kita bisa membangun momentum ini dan membalik beberapa kebijakan yang masih salah,” katanya.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM,MADRID-Bahagianya mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore saat menyambangi Pavilun Indonesia di gelaran COP 25 UNFCCC atau Konferensi Perubahan Iklim yang diselenggarakan di Kota Madrid, Spanyol. Al Gore menyampiakan pidato di Paviliun Indonesia, Rabu (11/12/2019) waktu setempat.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong didampingi Kepala Badan Litbang dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto berkesempatan menyerahkan cinderamata kepada tokoh pengendalian perubahan iklim Al Gore.
Dalam pidatonya Al Gore mengajak para pengambil kebijakan dan masyarakat mengambil aksi nyata untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. "Sangat terhormat untuk kembali lagi ke Paviliun Indonesia dan bisa berkumpul dengan teman lama. Bisa bertemu dengan pemimpin seperti Wamen Alue Dohong," kata Al Gore.
"Saya ingin berterima kasih kepada Menteri Siti Nurbaya yang mengundang ke sini. Saya (juga) ingin memberikan ucapan terima kasih kepada seluruh anggota climate reality project leaders dan yang ada di indonesia. Saya belajar banyak dari mereka dan saya ingin bisa kembali ke Indonesia," ujarnya.
Baca: Wamen LHK Tegaskan Indonesia Korektif Tahan Laju Deforestasi Termasuk Ekspansi Kelapa Sawit
Dalam pidatonya, Al Gore kemudian menyinggung rencana pemerintah Indonesia yang akan memindahkan Ibu Kota-nya ke Kalimantan Timur. Indonesia, kata Al Gore negara yang terpengaruh dengan perubahan iklim.
Al Gore kemudian memuji sejumlah aksi yang telah dilakukan Indonesia untuk mencegah perubahan iklim. Sejumlah aksi yang sedang dilaksanakan Indonesia diantaranya adalah mempertahankan hutan alam primer, mencegah kebakaran hutan dan lahan, serta melakukan transisi ke energi bersih.
“Indonesia menjadi contoh sebuah negara yang berusaha berusaha keras mengubah kebijakan dengan mengadopsi solusi-solusi untuk melaju ke arah yang lebih baik,” kata dia.
Sesi yang dibuka oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong itu membuat Paviliun Indonesia penuh sesak oleh kehadiran delegasi dari berbagai negara yang ingin mendengarkan pidato tokoh yang bersama Panel Ahli Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) meraih nobel perdamaian tahun 2017 itu.
Baca: Emmy Hafild: Kami Selalu Dikritik dengan Salah Persepsi
Para delegasi yang hadir bahkan meluber sehingga terpaksa menyaksikan pidato dari peraih nobel perdamaian itu melalui layar digital.
Al Gore mengingatkan, saat ini adalah tengat waktu untuk meningkatkan ambisi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan memerangi perubahan iklim. Tahun depan, traktat pengendalian perubahan iklim Persetujuan Paris mulai berlaku efektif.
Baca: Wamen LHK Tegaskan Indonesia Korektif Tahan Laju Deforestasi Termasuk Ekspansi Kelapa Sawit
Menurut Al Gore, perubahan iklim telah membuat muka air laut global meningkat ini mengancam negara-negara kepulauan, termasuk Indonesia. Menurut dia, kenaikan muka air laut itu juga yang menjadi konsekuensi bagi Indonesia . “Indonesia merupakan salah satu negara yang menerima dampak dari krisis iklim,” katanya.
Berita bagusnya, solusi untuk pengendalian perubahan iklim sudah tersedia. Saat ini, kata Al Gore, ongkos produksi listrik dari energi terbarukan yang rendah emisi GRK sudah jauh lebih murah.
Baca: Wamen Alue Dohong Pastikan Komitmen Jokowi di Forum Perubahan Iklim Madrid, Spanyol
Al Gore mengaku senang dengan kebijakan yang diambil oleh Indonesia seperti soal moratorium dan pembukaan kebun sawit baru, termasuk juga restorasi gambut. Dia juga menilai di sektor transportasi sudah banyak kemajuan yang dicapai dengan keberadaan sistem transportasi massal Trans Jakarta.
“Kemajuan yang sudah dicapai memberi kita harapan, kita bisa membangun momentum ini dan membalik beberapa kebijakan yang masih salah,” katanya.
Wakil Menteri LHK Alue Dohong dalam kesempatan itu menjelaskan, Paviliun Indonesia menggelar 43 sesi diskusi dengan lebih dari 184 pembicara. Mereka bukan sekadar berbicara, tapi memaparkan aksi nyata yang sudah dilakukan untuk pengendalian perubahan iklim.
“Saya menyadari kita perlu melakukan perubahan lebih cepat, besar dan kuat untuk melindungi masa depan kita dari dampak perubahan iklim. Dalam hal itu, Indonesia meyakini perlu dukungan teknologi dan pengetahuan. Kita juga butuh dukungan politik dari nasional dan global level,” katanya.
Baca: Wamen Alue Dohong Pastikan Komitmen Jokowi di Forum Perubahan Iklim Madrid, Spanyol
Alue juga menjelaskan, Indonesia sat ini sedang menjalankan kebijakan transisi dari energi konvensional menuju energi terbarukan. Apalagi, potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar. Proses transisi ini berjalan gradual dengan mempertimbangkan politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
Kepada Al Gore, Wamen LHK Alue Dohong juga menjelaskan tentang keberhasilan Indonesia dalam pengendalian kebakaran hutan ditengah merebaknya kebakaran hutan dan lahan di berbagai belahan dunia.