Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Belajar Dari Kasus Reynhard Sinaga, Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini, Korban Bisa Siapa Saja

Belajar dari kasus Reynhard Sinaga, amat penting untuk melakukan edukasi seks sejak dini karena korban kekerasan seksual bisa menimpa siapa saja.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Belajar Dari Kasus Reynhard Sinaga, Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini, Korban Bisa Siapa Saja
Twitter @BruceEmond dan BBC
Jadi Headline Internasional, Ini Sebutan Reynhard Sinaga Oleh Media Inggris 

TRIBUNNEWS.COM - Aktivis anti kekerasan seksual bernama Anindya Restuviani ikut menanggapi kasus yang sedang menghebohkan publik.

Yakni kasus pemerkosaan yang dilakukan warga Indonesia di Manchester, Inggris.

Menurutnya, seorang korban kekerasan seksual bisa menimpa siapapun tidak memandang sebuah gender.

Di Indonesia sendiri, edukasi masyarakat tentang kesadaran kekerasan seksual masih minim.

Hal itu dibenarkan oleh Vivi, sapaan akrabnya yang sudah menangani banyak kasus kekerasan seksual di Indonesia.

"Kekerasan seksual itu bisa menimpa siapapun dan pendidikan mengenai kesadaran masyarakat tentang kekerasan seksual itu memang masih minim sekali," ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (7/1/2020).

Setelah mencuatnya kasus Reynhard Sinaga ke publik, memang pembahasan soal kekerasan seksual banyak sekali.

Berita Rekomendasi

Namun menurutnya, edukasi mengenai consent atau persetujuan dalam mengantisipasi tindak kejahatan seksual juga penting.

Terutama edukasi seks sejak dini, itu penting dilakukan supaya anak bisa terbiasa memahami tubuhnya sendiri.

"Anak kecil perlu dikasih tau mana sih yang boleh dilihat,"

"Di Indonesia, disaat kita berbicara tentang pendidikan seksual dikira kita mengajarkan mereka tentang hubungan seks,"

"Padahal sebetulnya tidak, yang perlu kita ajarkan adalah bagaimana mereka menjaga reproduksinya, supaya bisa mencegah kekerasan seksual," tegasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.

Vivi yang juga menjabat sebagai Co Director Hollaback! Jakarta itu juga mengatakan tidak hanya edukasi kepada anak, kepada masyarakat juga tidak kalah penting.

"Masyarakat harus sudah aware disaat kita berbicara tentang kekerasan seksual, tidak hanya masalah perempuan atau laki-laki, masalah itu bisa menimpa semua gender," ujarnya.

Menurutnya isu-isu penting soal edukasi seksual secara luas dan lengkap harus diajarkan ke semua gender.

"Isu-isu pendidikan seksual yang komprehensif itu juga harus diajarkan tidak hanya kepada perempuan saja, tetapi semua gender termasuk laki-laki," ujar Vivi.

Bahkan karena minimnya edukasi seks sejak dini, banyak kebiasaan buruk namun disepelekan.

"Karena kebiasaan-kebiasaan yang suka disepelekan, ada anak cowo menggoda anak cewe dibilang oh anak itu suka sama kamu," tutur Vivi.

Banyaknya stigma tersebut melekat hingga menjadi kebiasaan sampai seseorang itu dewasa.

"Itu kan sampai sekarang perempuan besar dengan oh kalau ada orang yang melakukan kekerasan seksual itu intinya dia suka sama saya,"

Menurut Vivi, karena dari kecil dia selalu diajari seperti itu terus, anak laki-laki akan memiliki stigmanya sendiri, contohnya:

'ya kan aku catcalling kamu, pegang-pegang kamu itu karena aku suka sama kamu'

Padahal hal itu sudah jelas keliru.

Ilustrasi.
Ilustrasi. (Shutterstock)

Yang tidak kalah pentingnya menurut Vivi adalah peran sebuah media.

Media bisa menjadi bumerang untuk menghadapi korban atas kasus kekerasan seksual.

Hal-hal yang diangkat tidak seharusnya fokus kepada kerabat pelaku, yang tidak berhubungan langsung dengan tindak kejahatannya.

Selain itu juga penting sekali media untuk menjaga identitas korban supaya tidak mencuat ke publik.

Sebelumnya diberitakan, Reynhard Sinaga tengah menjadi perbincangan hangat di publik Indonesia dan Inggris.

Ia adalah tokoh dibalik kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah di negara Inggris.

Reynhad adalah WNI yang sedang menempuh pendidikan di Manchester, Inggris.

Pada Senin (6/1/2020), ia dijatuhi hukuman seumur hidup setelah terbukti bersalah atas 159 kasus pemerkosaan yang dilakukannya dalam rentan waktu 2015-2017.

Tidak hanya itu, ia juga dilaporkan bersalah atas tindak kekerasan seksual terhadap 48 korban pria.

Masing-masing dari 48 korbannya tidak menyadari fakta mereka telah diperkosa atau mengalami pelecehan seksual.

Hal itu baru diketahui setelah polisi mengetuk rumah mereka bertahun-tahun kemudian.

Polisi setempat menyakini jumlah korban dari Reynhard mendekati 195 orang.

Untuk itu Reynhard dianggap pemerkosa paling produktif dalam sejarah peradilan di Inggris.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas