Dari Kasus Reynhard Sinaga, Begini Perbedaan Stigma yang Melekat pada Pria Korban Kekerasan Seksual
Belajar dari kasus Reynhard Sinaga, predator seks yang memerkosa hampir 200 pria, begini stigma yang melekat para korban kekerasan seksual dari gender
Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
Apalagi ada stigma kuat yang melekat dari seorang pria jika menjadi korban kekerasan seksual.
Hal itu dibenarkan Vivi sapaan akrabnya, yang mendasari korban pria jarang melapor.
"Kenapa sih korban laki-laki jarang melapor? ya karena sterotype atau stigma terhadap laki-laki itu sangat kuat,"
Tidak hanya pria, menurut Vivi beberapa stigma muncul saat perempuan melakukan tindak kekerasan seksual kepada lelaki.
Contohnya adalah:
"Ngapain lapor kan menang banyak dong,"
"Ngapain lapor lo kan bisa ngelawan, lo kan laki lo harusnya kuat,"
Menurut Vivi yang terjadi akhirnya malah korban yang disalahkan kembali.
Vivi yang juga menjadi Co Director Hollaback! Jakarta menuturkan perempuan juga kerap mengalami stigma negatif yang tak kalah kuat.
"Kalau kasusnya kepada perempuan kan kita sering mendengar 'emang kamu pakai baju apa?' kenapa begini kenapa begitu,"
"Bahkan perempuan sudah dibunuh bisa ada anggapan 'ya pasti si perempuan nuntutnya banyak' dan lain-lain," tegasnya.
Menurutnya stigma kuat yang melekat pada korban kekerasan seksual di masing-masing gender, bisa lelaki maupun perempuan itu jelas merugikan.
"Ujung-ujungnya adalah korban enggan untuk melapor karena takut dan akibatnya traumanya tidak akan selesai," tegas Vivi kepada Tribunnews.com melalui sambungan telepon.
Sebelumnya diberitakan, Reynhard Sinaga tengah menjadi perbincangan hangat di publik Indonesia dan Inggris.
Ia adalah tokoh dibalik kasus pemerkosaan terbesar dalam sejarah di negara Inggris.