Korban Tewas di China Bertambah 11 Orang Hanya Dalam Tempo Satu Hari
Virus corona terus membawa korban tewas di daratan China, dari semula 41 menjadi 52 orang alias bertambah 11 orang, hanya dalam tempo satu hari.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Virus corona terus membawa korban tewas di daratan China, dari semula 41 menjadi 52 orang alias bertambah 11 orang, hanya dalam tempo satu hari.
Selain itu virus tersebut juga menjangkiti tiga dokter sepulang mereka dari Provinsi Hubei, lokasi asal wabah virus corona.
Secara keseluruhan wabah virus tersebut berjumlah 1.287 kasus, baik yang positif maupun baru terduga (suspect), di seluruh wilayah daratan Tiongkok.
Dari jumlah itu, sebanyak 549 kasus di antaranya berasal dari Provinsi Hubei dan 85 orang dinyatakan negatif dan telah diizinkan meninggalkan ke rumah sakit.
Di Beijing, ibu kota China, terdapat 10 kasus baru, termasuk tiga orang dokter, sehingga sampai saat ini totalnya 51 kasus.
Dari tiga dokter asal Beijing itu, dua di antaranya telah melakukan perjalanan ke Wuhan, sedangkan satunya lagi sempat duduk bersama dengan seorang pengidap dalam sebuah rapat di Wuhan, seperti laporan CGTN, stasiun televisi resmi pemerintah China.
Mulai Minggu (26/1/2020), Dinas Lalu Lintas Jalan Raya Kota Beijing menutup semua akses kendaraan penumpang dan barang antarprovinsi.
Baca: Sejumlah Mahasiswa Indonesia di Wuhan Minta Segera Dievakuasi
Baca: VIRAL! Diduga Terkena Virus Corona, Dua Bocah Ditinggal Orangtuanya di Bandara, Penumpang Heboh
Sebuah perusahaan bus antarprovinsi dari Bandar Udara Internasional Daxing, Beijing, telah menghentikan layanan ke luar provinsi sejak Sabtu.
Mulai Jumat, petugas kesehatan dibantu aparat kepolisian mendatangi setiap rumah atau apartemen di Beijing untuk memastikan tidak ada warga dari Wuhan atau baru saja bepergian dari Wuhan.
Provinsi Hubei, beribu kota di Wuhan, menghadapi kekurangan tenaga medis.
Petugas kesehatan di Wuhan, termasuk empat yang dihubungi CNN melalui telepon, mengeluh kewalahan dan kekurangan personel untuk mengatasi krisis.
"Seluruh Wuhan kekurangan personel," kata seorang petugas kesehatan yang berbasis di Wuhan.
Ia juga mengatakan memerlukan lebih banyak pakaian pelindung, kacamata pelindung, dan masker.
Wang Jiangping, Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi, mengatakan Hubei membutuhkan sekira 100 ribu pakaian pelindung per hari.
Baca: Warga Wuhan yang Terkarantina Sebut Pemerintah China Sempat Tak Jujur soal Bahaya Virus Corona
Baca: Lakukan Kontak Fisik dengan Turis China di Atas Pesawat, Orang Ini Jadi Suspect Virus Corona
Namun 40 pabrik di seluruh negeri hanya mampu memproduksi 30 ribu setiap hari.
Wang mengatakan pemerintah berusaha membuat pabrik-pabrik membatalkan libur tahun baru sehingga dapat memproduksi pakaian pelindung.
Selain itu juga mengalihkan produk ekspor untuk kebutuhan dalam negeri.
Selain itu terjadi kekurangan produksi masker karena warga China memborong persediaan penutup mulut dan hidung tersebut.
Pemerintah China telah meminta para produsen untuk membatalkan liburan Tahun Baru Imlek untuk melanjutkan produksi masker.
Keputusan itu diambil untuk menjamin pasokan pasar dan memenuhi kebutuhan produksi.
Sebanyak 30 pabrik kini telah memulai produksi, total mampu menghasilkan 8 juta masker per hari.
Ribuan Tenaga Medis
Pemerintah China mengirim 150 petugas medis Army Medical University di Kota Chongqing menuju Wuhan untuk membantu penanganan wabah mematikan itu pada Kamis lalu.
Baca: POPULER: 9 Hari Rawat Korban Virus Corona, Dokter Ini Meninggal Diduga Akibat Tertular Pasiennya
Baca: Andien Unggah Foto di Disneyland Hong Kong, Ibunda Kawa Diingatkan Tentang Virus Corona
Selain itu pemerintah juga mengerahkan 1.600 orang tenaga medis ke Wuhan untuk membantu mengatasi meningkatnya jumlah pasien virus corona.
Menteri Kesehatan China Ma Xiaowei dalam konferensi pers, Minggu, menyebut ada 1.000 pekerja medis dalam kondisi siaga.
Pihak berwenang mengakui, Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang, merupakan lokasi awal wabah itu.
Presiden China Xi Jinping mengatakan dalam sebuah sidang politbiro, Sabtu, negerinya sedang menghadapi situasi berbahaya.
Virus itu diyakini muncul akhir tahun lalu di sebuah pasar ikan di pusat Kota Wuhan, China, dan berasal dari hewan-hewan yang dijual secara ilegal.
Virus sudah menyebar ke kota-kota di China seperti Beijing dan Shanghai, juga ke negara-negara lain termasuk Amerika Serikat, Thailand, Korea Selatan, Jepang, Australia, Prancis, dan Kanada.
Baca: Wabah Virus Corona, Ahli Takutkan Hal Terburuk, Sebut Lebih Dahsyat dari SARS
Baca: Virus Corona Intai Bandung, PT KCIC Benarkan Ada Pekerja asal China yang Dirawat di RSHS
Selain China, Hong Kong juga menghadapi kekurangan masker.
Horace Lau, Wakil Ketua Umum Industri Farmasi Hong Kong, mengatakan pasokan masker terhenti sampai awal Februari.
"Pasokan masker wajah selama Tahun Baru Imlek sangat tidak pasti," katanya.
Hong Kong mengimpor sebagian besar masker dari China daratan, Taiwan, dan Malaysia.
Lau menambahkan jika China menghentikan ekspor masker, pasokan akan menipis.
Lau mengatakan tokonya telah menjual lebih dari 10 ribu kotak 50 masker pada minggu lalu.
Tak pelak, menipisnya persediaan masker membuat harga barang itu merangkak naik. (cnn/rtr/feb)