Jadi barang langka di Tiongkok, Warga China Borong Masker dari Indonesia
Saat ini masker menjadi barang langka, dan kurangnya pasokan alat pelindung wajah bisa memperburuk pertempuran melawan wabah virus corona.
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM - Sejak awal Februari, Kent Cai Mingdong, seorang warga yang berasal dari kota Ningbo di China timur, telah berada di Indonesia menjelajahi apotek lokal untuk membeli masker sebanyak mungkin yang dapat dibelinya.
Masker itu akan dia kirim ke pekerja medis profesional perawatan kesehatan dan pekerja garis depan pembasmian wabah virus corona di China.
Melansir South China Morning Post, saat ini masker menjadi barang langka, dan kurangnya pasokan alat pelindung wajah bisa memperburuk pertempuran melawan wabah virus corona.
Sejauh ini, Cai telah melakukan perjalanan ke lebih dari 15 kota dan mengamankan setidaknya 200.000 masker. Sebagian dia percayakan kepada wisatawan Tiongkok yang dia temukan di bandara-bandara besar di Indonesia untuk dibawa pulang.
Dia telah mengatur teman-teman di seluruh China untuk mengambil masker di kota-kota mana pun para wisatawan kembali.
“Saya pikir Indonesia, dengan populasi (besar), maka basis pekerja terampil yang luas, akan memiliki persediaan masker yang lebih besar,” kata Cai, pemilik Pengembangan Budaya Newway Zhejiang, sebuah penelitian pendidikan dan firma live streaming, mengatakan dari Indonesia kepada South China Morning Post.
“Perebutan masker di China sangat terasa. Ketika saya tiba pada tanggal 1 Februari, ada ruang bagi saya untuk menyimpannya. Kami beralih dari farmasi ke farmasi, yang melelahkan tetapi lebih efektif. Jika saya tinggal di Ningbo selama 13 hari terakhir, itu akan membuang-buang waktu. Berada di sini, setidaknya saya bisa melakukan sesuatu dan memberi nilai pada situasi ini,” ceritanya.
China, yang menyumbang sekitar setengah dari produksi masker dunia, berusaha keras untuk mengambil pasokan berlebih dari luar negeri, baik melalui saluran diplomatik resmi, dan pembeli seperti Cai.
Tetapi dokter dan perawat, termasuk yang berada di garis depan di pusat gempa virus dari Wuhan, masih menghadapi kekurangan, terutama masker respirator N95 yang menawarkan perlindungan yang lebih baik.
Sementara itu, melansir artikel Reuters pada akhir Januari 2020 lalu, pabrikan masker wajah China sudah membuka kembali pabrik yang ditutup untuk hari libur nasional.
Perusahaan menjanjikan pekerja hingga empat kali upah normal mereka karena konsumen memborong seluruh stok di toko-toko untuk persedian mereka dalam melindungi diri dari infeksi virus corona baru.
Baca: Kiwil Tak Mau Istrinya Jadi Janda, Meggy Wulandari: Jangan Sedih, Itu Urusan Allah
"Dari apa yang saya dengar, kekurangan masket, jauh lebih parah daripada yang diketahui masyarakat," kata Cao Jun, manajer umum produsen masker Lanhine, yang memiliki pabrik di kota Ningbo, Tiongkok timur kepada Reuters.
Dia menambahkan, “Hampir semua pekerja rumah sakit di seluruh negeri menghadapi kekurangan masker, bukan hanya di Wuhan. Itu sangat mengerikan."
Cao mengatakan, klien perusahaan memesan 200 juta masker gabungan per hari dibandingkan dengan tingkat produksi normal sebesar 400.000 sehari.