Klaim Munculnya Virus Corona atau Covid-19 Sudah Prediksi Lewat Sebuah Buku, Benarkah?
Mewabahnya novel coronavirus, atau virus corona semakin membuat banyak orang khawatir.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Ayu Miftakhul Husna
TRIBUNNEWS.COM - Mewabahnya novel coronavirus, atau virus corona semakin membuat banyak orang khawatir.
Pasalnya virus yang telah diberi nama resmi oleh WHO sebagai Covid-19 itu telah menelan ratusan korban jiwa.
Diberitakan sebelumnya oleh The Sun, penulis Amerika, Sylvia Browne diduga telah membuat prediksi soal wabah virus corona atau Covid-19 dalam sebuah karya sastra.
Karya sastra berupa buku itu ia tertibkan 2008 lalu, dengan judul End of Days: Predictions anda Prophecies tentang End of World yang ditulis bersama Lindsay Harrison.
Sylvia Browne memprediksi merebaknya penyakit yang berhubungan dengan pernapasan yang akan mendatangkan malapetaka di seluruh dunia.
"Pada sekitar tahun 2020, penyakit seperti pneumonia yang parah akan menyebar ke seluruh dunia," tulis Sylvia Browne dalam bukunya.
"Menyerang paru-paru dan saluran bronkial dan menolak semua perawatan yang diketahui," tambahnya.
"Hampir lebih membingungkan daripada penyakit itu sendiri adalah kenyataan bahwa penyakit itu akan tiba-tiba lenyap begitu tiba," terangnya.
"Menyerang lagi sepuluh tahun kemudian, dan menghilang sepenuhnya," tulisnya.
Di acara talkshow Amerika, Sylvia Browne diklaim memiliki kemampuan psikis.
Diketahui, Sylvia Browne telah meninggal pada 2013, lalu.
Buku The Eyes of Darkness
Sementara itu, South China Morning Post belum lama ini membagikan artikel tentang bagaimana sebuah buku berjudul The Eyes of Darkness berbicara tentang laboratorium militer China yang menciptakan virus sebagai bagian dari program senjata.
Cerita mengejutkan tersebut berisi, bahwa virus bernama Wuhan-400 yang merujuk pada Covid-19 pertama kali muncul di Wuhan.
Hal tersebut membuat berbagai spekulasi bermunculan.
Sementara itu, selain Sylvia, ada pula penulis thriller, Dean Koontz yang memiliki karya luar biasa yang diduga telah memprediksi corona melalui bukunya.
Dikutip dari World of Buzz, penulis Amerika, Dean Koontz, menulis tentang seorang ibu yang melakukan perjalanan.
Ibu tersebut, Christina Evans, dalam perjalanan untuk mencari tahu apakah putranya Danny masih hidup atau sudah meninggal dalam perjalanan berkemah.
Christina kemudian diceritakan berhasil melacak anaknya ke sebuah fasilitas militer, di mana ia ditahan setelah secara tidak sengaja terinfeksi mikroorganisme buatan manusia yang dibuat di pusat penelitian di Wuhan.
Berikut ini kutipan buku tersebut yang berisi percapakan tokoh Christina dan seorang pria di lab tempat putranya ditahan:
"Saya tidak tertarik dengan filosofi atau moralitas perang biologis," ucap tokoh Christina.
"Saat ini aku hanya ingin tahu bagaimana Danny bisa berada di tempat ini," bunyi buku itu.
"Untuk memahami itu," kata Dombey.
"Anda harus kembali dua puluh bulan. Saat itulah seorang ilmuwan Cina bernama Li Chen membelot ke Amerika Serikat, membawa rekaman disket tentang senjata biologis baru paling penting dan berbahaya dari Tiongkok pada dekade terakhir,"
"Mereka menyebut barang-barang itu 'Wuhan-400' karena dikembangkan di laboratorium RDNA mereka di luar kota Wuhan, dan itu adalah strain mikroorganisme buatan empat ratus yang dibuat di pusat penelitian, ”
Teori Konspirasi tentang Corona Virus
Masih dikutip dari World of Buzz, pusat penelitian yang dibicarakan buku ini bisa merujuk ke Institur Virologi Wuhan.
Tempat itu merupakan satu-satunya laboratorium biosafety level empat China.
Laboratorium itu memiliki klasifikasi tingkat tertinggi yang mempelajari virus paling mematikan.
Letak laboratorium itu berada 32 kilometer dari tempat Covid-19 pertama kali pecah.
Sempat terdengar teori konspirasi yag mengatakan Covid-19 adalah buatan manusia.
Virus tersebut kemungkinan besar telah bocor dari laboratorium virologi Wuhan.
Teori konspirasi ini ditolak secara luas oleh masyarakat.
Senjata Sempurna?
Dalam film thriller Koontz, virus dianggap sebagai senjata sempuran.
Dikutip dari South China Morning Post, virus yang dipakai sebagai senjata dalam karya Koontz hanya mempengaruhi manusia.
Wuhan-400 dijelaskan sebagai wabah yang tidak dapat bertahan di luar tubuh manusia selama lebih dari satu menit.
“Wuhan-400 adalah senjata yang sempurna. Itu hanya menimpa manusia. Tidak ada makhluk hidup lain yang bisa membawanya. Dan seperti sifilis,"
"Wuhan-400 tidak dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia yang hidup selama lebih dari satu menit, yang berarti tidak dapat mencemari objek secara permanen atau seluruh tempat seperti halnya antraks dan mikroorganisme ganas lainnya, ”
“Dan ketika tuan rumah kedaluwarsa, Wuhan-400 dalam dirinya lenyap sesaat kemudian, begitu suhu mayat turun di bawah delapan puluh enam derajat Fahrenheit. Apakah Anda melihat keuntungan dari semua ini?,"
Penulis Cerdas
Tidak berlebihan menyebut Koontz seorang penulis yang produktif.
Pengacara Albert Wan, yang mengelola toko Bleak House Books, di San Po Kong buka suara.
Ia menegaskan Wuhan dikenal sebagai tempat berbagai fasilitas penelitian ilmiah.
"Para penulis cerdas, seperti Koontz mengetahui semua ini dan menggunakan sedikit informasi faktual untuk menyusun cerita yang meyakinkan dan meresahkan, itulah Wuhan-400," kata Wan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)