Pemimpin Korut Kim Jong Un Jadi Target AS Berikutnya Setelah Jenderal Iran Qassem Soleimani Tewas
Pascapembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh AS pada Januari, Washington dikabarkan juga memonitor setiap pergerakan pemimpin Korut Kim Jong Un
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Pascapembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani oleh AS pada Januari lalu, Washington dikabarkan juga memonitor setiap pergerakan pemimpin Korut Kim Jong Un.
Pemantauan pergerakan Kim Jong Un ini dilaksanakan lewat segala bentuk pengumpulan intelijen.
Menyikapi informasi tersebut, Korea Utara pun langsung meresponnya dengan melarang penggunaan ponsel.
Karena itu, sumber internal AS menuturkan bahwa otoritas Korea Utara melarang warganya menggunakan ponsel selama beberapa pekan.
Sumber itu menuturkan, mereka mengetahuinya setelah menganalisa informasi di dalam gawai yang dipakai oleh masyarakat negeri komunis itu.
Pyongyang melarang penggunaan ponsel selain untuk mencegah adanya ancaman eksternal, juga melindungi adanya informasi dari luar.
Ini pertama kalinya ada laporan dinas intelijen AS bisa mengetahui kondisi mental Kim Jong Un, maupun pimpinan Korea Utara lainnya.
Soleimani tewas setelah drone tempur AS menembakkan rudal menghantam mobil yang ditumpanginya di Bandara Baghdad, Irak, pada 3 Januari lalu.
Jenderal Iran berusia 62 tahun itu tewas bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi Irak Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Buntut dari pembunuhan komandan Pasukan Quds, cabang elite dari Garda Revolusi Iran itu, Teheran kemudian melakukan langkah balasan.
Pada 8 Januari dini hari, Garda Revolusi mengumumkan mereka menembakkan hingga puluhan rudal ke Pangkalan Ain al-Assad dan Irbil milik AS.
Presiden Donald Trump dalam konferensi pers sempat mengaku tidak ada korban luka. Namun Pentagon mengakui ada 109 tentara AS mengalami cedera otak.(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jenderal Iran Qasem Soleimani Dibunuh AS, Korea Utara Larang Penggunaan Ponsel", .