Ahli Sebut Virus Corona Bisa jadi Penyakit Kronis, Bertahan Lama hingga Serang Banyak Organ
Ahli menyebut virus corona bisa menjadi penyakit kronis yang bertahan lama dan menyerang banyak organ selain paru-paru.
Penulis: Miftah Salis
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM- Wabah virus corona dilaporkan terus mengalami peningkatan.
Ahli menyebut, virus corona bisa menjadi penyakit kronis.
Virus tersebut dapat bertahan lama hingga menyerang banyak organ selain paru-paru.
Sejak muncul pada akhir tahun 2019, wabah virus corona dilaporkan terus meningkat.
Virus corona atau Covid-19 telah menyerang puluhan ribu orang di 30 negara.
Mengutip dari perhituangan real time di situs thewuhanvirus.com, Kamis (20/2/2020), virus corona menginfeksi 75.698 orang.
Sebanyak 74.516 kasus terjadi di daratan China.
Kematian juga dilaporkan terus meningkat, kini 2.124.
Sementara itu, 14.555 orang dinyatakan sembuh.
Baca: Empat WNI yang Positif Corona Kini dalam Perawatan Tim Medis Jepang
Baca: Dampak Virus Corona, Kunjungan Wisatawan ke Singapura Diprediksi Merosot Tahun 2020
Baca: Wisnhutama Ungkap Virus Corona Buat Menteri Jokowi Kompak, Najwa Shihab: Ada yang Enggak Kompak?
Wabah virus corona melebihi kasus virus SARS beberapa tahun lalu.
Tidak seperti SARS, virus corona ternyata dapat berubah menjadi penyakit kronis.
Virus corona bisa bertahan di dunia seperti virus influenza.
Para ahli China memperingatkan, virus corona dapat menyerang banyak organ tak hanya paru-paru.
Mengutip dari Global Times, virus SARS sangat transmitif dan patogen.
Wakil Kepala Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, Wang Chen menyebut, virus SARS sulit untuk memiliki kemampuan menular yang kuat dan patogenisitas yang kuat untuk bertahan hidup.
SARS juga sulit menyebar dari orang ke orang dan akan hilang saat virus membunuh inangnya.
Namun, berbeda dengan virus corona.
"Tidak seperti SARS, coronavirus novel mungkin menjadi kronis dan ada di dunia untuk waktu yang lama seperti influenza," katanya, Rabu (19/2/2020) waktu setempat.
Tiga ahli dari tim medis pusat menyebut, lebih sulit untuk mengobati kasus virus corona dibandingkan SARS karena virus tersebut dapat merusak banyak organ selain paru-paru.
Hal ini berdasar pada hasil perawatan pasien selama satu bulan di Wuhan, Hubei.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi virus corona berusia lebih dari 50 tahun.
Mereka kebanyakan memiliki penyakit yang mendasar seperti kardiovaskular dan serebrovaskular.
Berbeda halnya dengan pasien SARS.
Ahli menyebut, pasien SARS didominasi oleh anak muda dan paruh baya.
Masih mengutip dari sumber yang sama, virus corona dapat berkembang sangat cepat dan menyebabkan hipoksia serta kegagalan perpapasan apabila tidak dikontrol dengan baik.
Baca: Demi Antisipasi Wabah Virus Corona, Bulu Tangkis China Pindahkan Tempat Latihan ke Inggris
Baca: KJRI Hong Kong Benarkan Ada WNI Curi Masker di Tengah Mewabahnya Virus Corona
Selain paru-paru, virus corona dapat menginfeksi orang lain yakni jantung, ginjal, usus.
Menurut ahli, SARS hanya menginfeksi paru-paru.
Hal ini membuat perawatan pasien virus corona lebih sulit dilakukan daripada pasien virus SARS.
Ahli juga menyebut, beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama dalam menangani pasien virus corona adalah detak jantung, tekanan darah, serta oksigen darah.
Namun, meski penanganannya lebih sulit, ternyata tingkat mortalitas virus corona lebih rendah daripada SARS.
(Tribunnews.com/Miftah)