Tiga Orang Ini yang Berpeluang Gantikan Mahathir Mohamad Jadi Perdana Menteri Malaysia
Perdana Menteri (PM) Malaysia, Mahathir Mohamad mengundurkan diri dari jabatannya, Senin (24/2/2020).
Penulis: Daryono
Editor: Hasanudin Aco
“Walaupun sejauh ini belum ada pengumuman malam ini, dari informasi yang saya terima, koalisi baru tinggal menunggu waktu.” Anwar melanjutkan.
Meskipun kaget, dia sudah mengetahui upaya untuk menjegalnya menjadi orang nomor satu di "Negeri Jiran”.
Pembentukan koalisi pemerintahan baru akan terdiri dari pecahan Koalisi Pakatan Harapan yang dipimpin oleh Partai Bersatu.
Kemudian, kubu oposisi Barisan Nasional dimotori Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam se-Malaysia (PAS) diposisikan untuk membuyarkan ambisi Anwar menjadi PM Malaysia.
Politisi berusia 72 tahun itu telah menunggu selama 22 tahun sejak dia dipecat Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan dipenjara karena tuduhan korupsi dan sodomi pada tahun 1998.
Anwar yang mendekam dua kali di penjara karena kasus sodomi berkali-kali berhasil melakukan comeback politik dengan memimpin gerakan oposisi.
Terakhir, dia menerima grasi dari Raja Malaysia setelah kemenangan mengejutkan Pakatan pada pemilu Mei 2018.
Grasi itu diajukan oleh Mahathir yang memutuskan berekonsiliasi dengan Anwar guna mengalahkan mantan Perdana Menteri Najib Razak.
Koalisi Pakatan Harapan kemudian sepakat bahwa Anwar akan menggantikan Mahathir pada Mei 2020, genap dua tahun setelah Mahathir berkuasa.
Namun demikian, dikhianati orang kepercayaan sudah bukan rahasia lagi.
Mahathir tidak tulus menginginkan Anwar menjadi suksesornya.
Berkali-kali Mahathir menolak menjawab dengan tegas apakah Anwar akan menggantikannya memimpin negara tetangga Indonesia itu.
Politisi berjuluk Dr M itu juga kerap mengubah jawabannya ketika ditanya kapankah dia akan menyerahkan kekuasaan ke mantan musuh politiknya.
Puncaknya dengan pembentukan koalisi pemerintahan baru ini, kesepakatan itu menjadi sekadar janji.