Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pria Ini Ceritakan Pemeriksaan Virus Corona yang Dia Alami

Tim jurnalisnya di Eropa mengatakan bahwa di Romagna terdapat 20 kasus infeksi virus corona yang terkonfirmasi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Pria Ini Ceritakan Pemeriksaan Virus Corona yang Dia Alami
AFP/YONHAP/SOUTH KOREA OUT
Para petugas dilengkapi pakaian pelindung menyemprotkan cairan desinfektan di sebuah pasar di daerah Daegu, Korea Selatan, menyusul meluasnya wabah virus corona di negara itu, Minggu (23/2/2020). Penyebaran virus corona hingga hari ini, Senin (24/2/2020), semakin menunjukkan peningkatan di sejumlah negara, seperti Italia, Iran, dan Korea Selatan. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Nick Stylianou (30), seorang produser media Sky News, menceritakan pengalamannya menjalani pemeriksaan untuk mengetahui dia positif mengidap virus corona atau tidak.

Saat itu Nick baru kembali dari perjalanannya di Bologna, Italia.

Di sana dia meliput berita tentang penyebaran virus corona.

Padahal, dia sendiri tahu bahwa seluruh masyarakat Eropa sedang menghadapi kasus serius terkait virus tersebut.

Terlebih lagi, dia baru kembali dari Bologna, sebuah kota dari negara Italia yang sudah mengonfirmasi sebanyak 1.694 kasus infeksi dan 34 angka kematian akibat virus corona.

Nick Stylianou, produser media Sky News Inggris melakukan uji swab.(Sky News/Nick Stylianou).
Nick Stylianou, produser media Sky News Inggris melakukan uji swab.(Sky News/Nick Stylianou). ()

Sepulangnya dari Bologna, Nick merasakan demam. Selama lima hari selanjutnya, dia merasakan sakitnya bertambah.

Namun, dia tetap bekerja dan berjuang melawan sakitnya dengan beristirahat pada akhir pekan dengan dada yang juga terasa berat.

Berita Rekomendasi

Namun, ketika Senin pagi, Nick terbangun dan mendengar berita tentang "zona merah" di Italia karena virus corona, ditambah dirinya yang masih demam membuatnya berpikir untuk menghubungi tim jurnalis Eropa.

Dia ingin memastikan apakah tempatnya bepergian di Emilia-Romagna yang berada di Bologna memiliki kasus infeksi virus corona.

Tim jurnalisnya di Eropa mengatakan bahwa di Romagna terdapat 20 kasus infeksi virus corona yang terkonfirmasi.

Kesehatan Publik Inggris dan NHS 111 tidak terlalu mengkhawatirkan keadaan Nick yang meminta pertolongan karena Italia Utara belum jadi prioritas mereka sebagai wilayah terinfeksi tinggi kala itu.

Baca: Penyebab 2 Orang di Indonesia Positif Corona, Sempat Kontak dengan WN Jepang

Nick kembali pulang ke rumahnya sambil menunggu kabar dari 111.

Dia menunggu 11 jam sampai akhirnya berbicara dengan seorang perawat yang dari suaranya seperti lebih sakit daripada Nick. Perawat itu meminta maaf atas keterlambatan pihak rumah sakit dalam merespons.

Namun, sekali lagi, mereka masih memastikan bahwa Italia Utara tidak terlalu berisiko.

Siapa pun yang kembali dari 11 kota yang dikarantina setelah 19 Februari berarti dia harus segera melakukan isolasi dan pengujian diri.

Dan siapapun yang baru kembali dari wilayah manapun di Pisa Utara setelah 19 Februari dan menunjukkan gejala flu, harus mengisolasi diri selama 14 hari dan menghubungi 111 untuk diperiksa.

Sampai tanggal 18 Februari, gejala-gejala virus corona belum dialami Nick. Jadi dia menghubungi 111 kembali dan menjelaskan apa yang diberitakan Sky News berdasarkan Kementerian Kesehatan serta meminta mereka mengklarifikasi hal itu.

Tapi ternyata pihak rumah sakit masih belum mengetahui informasi tersebut jadi Nick harus menunggu panggilan telpon lagi dari rumah sakit.

Baca: Jokowi: Dua WNI Tertular Virus Corona dari WN Jepang

Empat jam kemudian, Nick berbicara dengan salah satu tim yang menangani pasien virus corona di London.

Mereka meminta Nick untuk mengisolasi diri (karantina) dan melakukan uji swab alias seka.

Untungnya, ada tim kesehatan yang bisa mengunjungi Nick pada dua hari berikutnya karena mereka sangat sibuk.

Di area lain, orang yang merasa perlu diperiksa harus memeriksakan diri mereka ke rumah sakit.

Pada jam makan siang pada hari Selasa, Nick akhirnya didatangi petugas medis dan diminta keluar rumah.

Ketika dia membuka pintu rumahnya, perawat yang menunggu telah memakai pakaian pelindung hazmat dan memiliki perlengkapan medis lain.

Beberapa orang yang melakukan uji swab mengalaminya di hidung dan tenggorokan.

Namun, Nick hanya diperiksa di bagian tenggorokan yang sakit. Pemeriksaannya cukup cepat, tetapi sangat tidak nyaman.

"Bayangkan seseorang memainkan amandelmu," ungkap Nick. Saat itu Nick juga menanyakan apakah tim medis yang memeriksanya sedang sibuk atau tidak, mereka menjawab, "Kau tidak bisa membayangkan bagaimana kami memeriksa separuh warga London."

Mereka juga menceritakan bahwa belakangan ini liburan ke Thailand dan Malaysia jadi salah satu liburan terpopuler di London.

Sejauh ini seperti diketahui, terdapat angka infeksi di Thailand dan Malaysia.

Tak lama, hasil Nick baru bisa diketahui tiga hari setelahnya.

Tepat pada hari ke-14 masa karantinanya, sejak Nick tiba di Inggris, tetapi dia masih mau menunggu lebih lama.

Minggu sorenya, hasil pemeriksaan Nick keluar.

Enam hari menghabiskan waktu di kamar, dia membayangkan berapa banyak orang yang bisa terinfeksi darinya jika dia ternyata mengidap penyakit itu.

Dia membayangkan orang-orang di kereta yang ditumpanginya menuju Modena mungkin akan kena virus, saat dia naik pesawat, saat dia merayakan pesta ulang tahun, saat dia berada di bar, ibunya, tempat ibunya bekerja, bioskop, dan tentu ruang kerjanya.

Dia juga berpikir, kalau ada seorang warga Inggris yang tinggal di dekatnya dinyatakan positif, dia mungkin harus mengulang semua pemeriksaan dari awal lagi.

Selamat Nick, Anda tidak terinfeksi!

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pria Ini Kisahkan Pemeriksaan Virus Corona yang Dia Alami"

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas