Cerita Warga Washington AS Merasa Frustrasi karena Sulit Mendapatkan Akses Tes Covid-19
"Kata-kata mereka sangat menyesatkan, pada dasarnya, mereka seolah-olah bilang jangan khawatir, kamu tidak terjangkit dan kamu baik-baik saja."
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Saat ini Washington, Amerika Serikat tengah menghadapi paparan wabah corona yang mulai berkembang pesat.
Sampai saat ini, sudah ada sembilan korban jiwa yang berjatuhan di negara adidaya itu.
Pada Selasa (3/3/2020), sejumlah warga setempat mengaku mereka merasa frustrasi karena informasi yang simpang siur saat mereka ingin berusaha melakukan tes corona.
Seorang pengacara kriminal, Jeannette Jameson (61) bercerita pada Guardian bahwa dia baru saja sakit selama sebulan.
Sementara, saat itu juga dokternya menyarankan Jameson untuk pergi melakukan tes Covid-19.
Seninnya, Jameson pergi ke Rumah Sakit Providence di Everett, Washington.
Setelah menunggu selama dua jam bersama pasien sakit lainnya, dia tiba-tiba dipisahkan dari pasien lain dengan gejala sakit pernapasan lainnya.
Jameson mengatakan, dia tidak pernah bertemu dengan dokternya.
Hasil tes ternyata negatif flu dan dadanya juga sudah dirontgen dengan sinar X.
Setelah itu dia dipulangkan dan diberi surat yang menyatakan dia memiliki virus di sistem pernapasan yang tidak spesifik.
Surat itu disertai resep obat ibuprofen dan asetaminofen.
Saat dia menanyakan tes coronanya, perawat menjelaskan bahwa tes itu hanya dilakukan untuk pasien dengan gejala yang parah.
"Kata-kata mereka sangat menyesatkan, pada dasarnya, mereka seolah-olah bilang jangan khawatir, kamu tidak terjangkit dan kamu baik-baik saja."
"Bahkan, jika misal kamu terjangkit mereka seakan bilang itu lebih ringan dibanding orang lain," jelas Jameson.
"Tapi tidak peduli, seandainya saya pergi dan menginfeksi orang lain yangf mungkin saja lebih parah dari saya," tambahnya.
Perawat juga mengatakan pada Jameson, bahwa dia beruntung tidak didiagnosa influenza.
Menurut perawat itu, influenza lebih parah daripada corona.
Kenyataannya, tingkat imortalitas Covid-19 lebih tinggi daripada flu.
Jadi sampai saat ini, Jameson tidak tahu apakah dia menderita wabah asal China ini atau tidak.
Sementara itu, pihak Rumah Sakit Providence mengklaim mereka tidak memiliki cukup alat tes corona.
"Di daerah Snohomish, dengan ketersediaan alat tes corona yang terbatas salah satu kriteria yang akan diuji adalah pasien yang cukup sakit dan harus dirawat inap."
Sehingga hal inilah yang membuat waktu tunggu pasien sehat, lebih lama daripada yang benar-benar sakit.
Washington utara, mengantongi 27 kasus saat dikonfirmasi pada Selasa sore waktu Washington.
Sementara itu, semua kasus total di Amerika Serikat sudah melampaui 117 jiwa.
Kebingungan tekait pengujian Covid-19 ini, juga dikeluhkan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Washington, Janet Baseman.
Sebenarnya, pada awalnya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melakukan tes khusus orang-orang yang memiliki riwayat perjalanan ke China.
Tapi pada beberapa hari terakhir, Washington sudah bisa melakukan uji kesehatan menggunakan labolatorium lokal.
Sementara sejumlah layanan kesehatan, sudah dikirimi banyak nama terkait siapa saja yang harus diuji.
"Ini adalah saat yang sulit dan waktu yang membuat frustrasi bagi orang-orang atau penyedia layanan kesehatan, yang ingin pasiennya dites," kata Baseman.
Baca: Wabah Virus Corona di Amerika, NBA Larang Para Atlet Tos dan Tanda Tangan di Barang Penggemar
Baca: Amerika Serikat Imbau Warganya Hindari Bepergian ke Italia karena Virus Corona
Salah seorang warga Washington lainnya, Diane Smith mengatakan cucunya yang berusia 10 tahun mengalami batuk parah, setelah melakukan perjalanan singkat.
Smith yang memiliki rekam penyakit paru-paru kronis, memutuskan untuk melakukan tes pada cucunya.
Lantaran, di usianya yang sudah lansia yakni 66 tahun dia sangat beresiko terjangkit Covid-19.
Saat menelepon perawat untuk datang melakukan tes kepada cucunya, dia mendapat penolakan berkali-kali.
Perawat mengatakan, bahwa itu mungkin hanya flu dan flu tidak akan diuji.
"Mereka sangat perlu meningkatkan pengujian dan memberi tahu bagaimana cara orang agar bisa diuji."
"Jadi kami yang beresiko tinggi dan ada orang sakit di dalam rumah, kami tahu apakah dia sebenarnya terjangkit (corona) atau tidak," beber Smith.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.