Trenggiling Berpotensi Jadi Inang Perantara Virus Corona
Perdagangan ilegal trenggiling berpotensi pula menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Penelitian yang dilakukan Universitas Pertanian China Selatan menemukan, hewan trenggiling berpotensi menjadi inang perantara virus corona atau Covid-19.
Perdagangan ilegal trenggiling berpotensi pula menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius.
Dilansir dari The Star, perdagangan liar trenggiling atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai pangolin, umum dilakukan oleh negara-negara Asia, khususnya Hong Kong, Singapura dan Vietnam yang berperan sebagai negara transit.
Ada pun tujuan utama perdagangan ilegal ini adalah masyarakat China yang gemar mengonsumsi trenggiling sebagai hewan yang dipercaya memiliki khasiat tertentu.
Seperti diketahui secara luas saat ini, virus corona yang dilaporkan terjadi pertama kali di pasar Seafood Wuhan, di provinsi Hubei, adalah kota yang memiliki riwayat perdagangan aktif akan daging satwa liar termasuk trenggiling.
Berdasarkan suatu laporan, terdapat pertumbuhan cepat dalam skala industri perdagangan daging dan sisik trenggiling antara 2016 sampai 2019.
Baca: 3 Negara yang Berlakukan Lockdown Terbesar karena Wabah Virus Corona COVID-19, termasuk Italia
Baca: Dua Alasan Kuat Gubernur Anies Baswedan Liburkan Sekolah di DKI Jakarta Selama 2 Pekan
Baca: ABK World Dream Bagikan Tips Menjaga Imunitas Tubuh Tangkal Virus Corona
Baca: Muadzin di Kuwait Tahan Tangis saat Kumandangkan Adzan, Beri Anjuran untuk Sholat di Rumah
Daging dan sisik trenggiling dianggap sebagai suatu kemewahab di seluruh Asia terutama di China dan Vietnam.
Orang Afrika juga menyukai daging trenggiling.
Di sana, daging hewan bersisik itu dianggap lezat dengan konsumen terbesar berasal dari Nigeria, lebih khusus lagi dari kalangan menengah ke atas dan komunitas China besar yang ada di sana.
Sisik trenggiling digunakan juga dalam pengobatan tradisional China.
Sementara dagingnya dimasak dalam sup karena dianggap memiliki manfaat gizi.
Menurut laporan kantor berita China, Xinhua, kesimpulan universitas yang melakukan penelitian terkait trenggiling adalah 99 persen identik dengan apa yang ditemukan dari korban infeksi virus corona.
Presiden Universitas Liu Yahong mengatakan bahwa tim peneliti menganalisis lebih dari seribu sampel metagenome hewan liar dan menemukan trenggiling sebagai inang perantara yang paling memungkinkan.
Meski begitu, kelelawar tetap menjadi yang utama dan sangat mungkin untuk virus corona.