Seorang WNI Diduga Jadi Korban Malpraktek RS di Malaysia
Bertahun-tahun tak ada perubahan, Ratna Dewi pun membawa putrinya pulang ke Tanah Air.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Sari Dewi diduga jadi korban malpraktek di rumah sakit Malaysia.
Ceritanya berawal saat tahun 2011 lalu, dia ke rumah sakit di Malaysia untuk melahirkan buah hatinya.
Bersuamikan pria asal Malaysia keturunan India, Sari nama perempuan cantik yang selama ini bekerja dan menetap di Kualalumpur itu berharap proses persalinannya dilakukan secara normal.
Ditemani sang suami, Sari mendatangi sebuah rumah sakit di Kajang Selangor, Darul Ehsan, Malaysia, 6 Maret 2011.
Bukannya persalinan normal yang diinginkannya, justru proses kelahiran putri pertamanya itu dilakukan melalui operasi sesar atau melalui operasi bedah.
Baca: 13 WNI di Malaysia Positif Virus Corona
Pasca operasi sesar atau operasi bedah, yang terjadi justru Sari tak sadarkan diri akibat pendarahan di otak.
Berbagai alasan pihak rumah sakit, Sari justru harus menjalani operasi yang justru membuat kondisinya makin parah dan kritis.
"Hanya berselang lima hari, anak saya harus menjalani operasi di bagian kepala sebanyak dua kali. Ini rumah sakit pemerintah Malaysia, kok bisa melakukan hal seperti itu," kata ibu korban Ratna Dewi, SE., MSi kepada pers, Kamis (19/3/2020).
Ratna mengatakan, bertahun-tahun dia mencari keadilan dan minta pertanggungjawaban pihak rumah sakit, konsultasi dengan Kedubes RI di Kualalumpur dan menggandeng pengacara Malaysia serta pengacara dalam negeri, semuanya tak membuahkan hasil.
Lagi-lagi berbagai alasan pihak rumah sakit seakan lepas tangan.
Selama proses pencarian keadilan, proses operasi terhadap anaknya terus saja dilakukan dengan alasan untuk kesembuhan, tetapi justru anak saya semakin menderita.
"Anak saya seperti patung tak bergerak dan tatapan matanya kosong. Saya gak habis pikir apa relevansinya, anak saya dibikin lobang pernapasan di leher, padahal pernapasnnya normal," ungkap perempuan asal Makassar ini.
Setidaknya sudah tiga rumah sakit di Malaysia yang direkomendasi para dokter Malayaia bergelar profesor tak mengubah kondisi anaknya.
Tak juga ada keterangan apa yang menyebabkan Ruppanlangi lumpuh, tak ada juga penjelasan kenapa banyak alat medis seperti selang terpasang pada tubuh, kepala dan tenggorokan korban.
Bertahun-tahun tak ada perubahan, Ratna Dewi pun membawa putrinya pulang ke Tanah Air.
"Dirawat dengan kasih sayang, anak saya kini sudah mulai merespon ketika diajak bicara, bisa menangis. Ini mukjizat," kata istri pensiunan Kementerian Kehutanan ini.
Sementara pengacaranya Andreas Sapta Finady, S.H. mengaku, setelah dipercaya kembali oleh kliennya untuk mencari keadilan, langkah awal yang akan dilakukan adalah menghubungi lawyer di Malaysia yang pernah direkomendasi pihak Kedubes RI Kualalumpur untuk melakukan negosiasi dengan pihak rumah sakit.
Ia juga akan menghubungi pihak-pihak terkait untuk mendapatkan dukungan, serta mengingatkan masyarakat Indonesia untuk tidak percaya dengan layanan rumah sakit luar negeri, seperti rumah sakit di Malaysia.
"Selain perangkat hukumnya tidak mendukung ketika ada masalah, juga dokter atau rumah sakit dalam negeri tak kalah hebat dibandingkan dokter dan rumah sakit di Malaysia," katanya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.