Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tim Jepang dari 25 Lembaga Penelitian Pimpin Pengembangan Obat Baru Anti Covid-19

Sebuah Tim Jepang mengkoordinir para ahli dari 25 lembaga penelitian, melakukan pengembangan obat baru anti Covid-19

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Tim Jepang dari 25 Lembaga Penelitian Pimpin Pengembangan Obat Baru Anti Covid-19
Richard Susilo
Synergy Plot hasil penelitian obat baru anti Covid-19 mendatang 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebuah Tim Jepang mengkoordinir para ahli dari 25 lembaga penelitian, melakukan pengembangan obat baru anti Covid-19 yang masih terus dilakukan uji klinis.

Kelompok ini bertujuan untuk melakukan studi klinis untuk memastikan keamanan dan kemanjuran di masa depan.

"Pengembangan obat coronavirus baru telah menjalani beberapa penelitian klinis. Dua jenis zat saat ini berada pada tingkat eksperimental," kata Koichi Watashi, Kepala Peneliti di Institut Nasional Penyakit Menular, yang mengoordinasikan penelitian bersama.

Baca: UPDATE Sebaran Corona di Jawa Tengah 23 April 2020: 487 Positif, 62 Sembuh

Efeknya tinggi, tambahnya, dan tim tersebut ingin mengusulkannya sebagai kandidat obat baru melawat Covid-19.

Pubikasi ilmiahnya sejak 14 April lalu dan belakangan ini semakin ramai dibicarakan setelah dimuat berbagai media dalam dan luar Jepang.

Hirofumi Ohashi, dari lembaga yang sama dengan Watashi, menyaring panel lebih dari 300 obat yang sudah disetujui oleh badan-badan seperti Administrasi Makanan dan Obat-obatan dan Badan Obat-obatan Eropa.

BERITA TERKAIT

Mereka menemukan dua obat yang tampaknya memiliki aktivitas antivirus yang lebih kuat pada kultur sel SARS-CoV-2, sebuah proses di mana sel-sel tumbuh dalam kondisi yang terkendali, daripada obat-obatan lain saat ini.

Baca: Prediksikan Wabah Corona bakal Berakhir pada Juli 2020, Jokowi di Mata Najwa: Saya Ingin Optimis

SARS-CoV-2 adalah virus yang menyebabkan COVID-19.

Setelah mengidentifikasi dua obat, mereka melakukan model komputer untuk menunjukkan Nelfinavir mengikat virus untuk menghentikan replikasi. Cepharanthine tampaknya berhenti menempel dan memasuki sel. Itulah yang mereka temukan.

Ohashi dan rekan mengatakan temuan mereka adalah awal dan penelitian lebih lanjut dan perlu mengkonfirmasi mekanisme yang muncul di balik kemampuan kedua obat untuk menghentikan SARS-CoV-2.

"Namun, pengamatan kami bahwa Nelfinavir dan Cepharanthine menargetkan langkah-langkah berbeda dalam viral siklus hidup mendukung pengembangan terapi kombinasi multiobat untuk mengobati COVID-19, " ungkapnya.

Akankah itu menjadi kandidat obat terapeutik baru? Dua jenis penemuan zat korona baru

Hasil penelitian memperkirakan kasus di mana kedua zat ini secara bersamaan diberikan kepada pasien setengah hari setelah onset, waktu sampai virus menghilang dari tubuh adalah sekitar 10 hari, yaitu sekitar 5 hari lebih awal daripada ketika tidak ada virus yang diberikan.

Sebanyak 25 lembaga penelitian bergabung berusaha mengembangkan obat baru itu antara lain Institut Nasional Penyakit Menular, Universitas Sains Tokyo, Universitas Kyushu, Institut Nasional Sains dan Teknologi Industri Lanjut, Universitas Tsukuba, Universitas Bio Nagahama, Institut Sains dan Teknologi Nara, Universitas Indiana, Pusat Nasional untuk Kesehatan dan Kedokteran Global, Universitas Hokkaido, Universitas Tokyo, Universitas Oxford, dan Universitas Oxford.

Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: info@jepang.com

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas