Dampak Pandemi Covid-19 di Jepang, 800.000 Bunga Tulip dan 2,5 Ton Sayur Dibuang
Pembuangan bunga yang tidak berguna memang menyedihkan banyak petani bunga tulip yang telah menyiapkan masa panennya sejak tahun lalu.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebanyak 800.000 bunga tulip dan 2,5 ton sayur-sayuran dibuang di daerah Chiba Jepang karena tidak ada yang membelinya akibat terdampak penyebaran pandemi Covid-19.
"Biasanya kita memasok bunga tulip ke berbagai acara seperti pernikahan, berbagai event yang ada di Jepang termasuk olahraga dan sebagainya. Kini semua dilarang dilakukan. Terpaksa bunga kita potong dan buang supaya juga tidak dikunjungi warga karena larangan berkumpul dan taman tulip juga kita tutup," kata Toshimitsu Nao, seorang pejabat di Kota Sakura, Perfektur Chiba minggu lalu.
Pembuangan bunga yang tidak berguna memang menyedihkan banyak petani bunga tulip yang telah menyiapkan masa panennya sejak tahun lalu.
"Apa boleh buat situasi kondisi menjadi pandemi Corona ini, kita harus kerjasama penuh semangat untuk melawan Corona tersebut."
Namun sebagian bunga diakuinya dijual lewat internet dengan segala risikonya, di samping dijual ke toko bunga yang biasa berlangganan ke taman tulip di Sakura Furusato Hiroba di Chiba.
Pembuangan bunga lain juga terjadi di Kurogi no ofuji, Fukuoka.
Baca: Mengaku Pernah Kena PHK, Sandiaga Uno Bagi Trik 3M Agar UMKM Bertahan Saat Pandemi Corona
Ribuan bunga cantik bernama Fuji, yang bergelantungan seperti buah anggur, terjadi pula karena taman tersebut ditutup untuk umum, sebagai antisipasi penyebaran Corona.
Agar tidak banyak pengunjung berkumpul ke sana sehingga bunga dipotong minggu lalu dan dibuang percuma.
Bunga Fuji tersebut malam hari lebih romantis lagi karena disinari lampu warna warni yang membuat penonton semakin banyak.
Hal yang sama juga terjadi untuk sayur-sayuran.
Di sebuah perkebunan sayur di Adachiku Tokyo saja, sedikitnya 2,5 ton sayuran terbuang, jadi sampah daur ulang.
"Kita biasanya memasok untuk berbagai sekolah. Kini semua sekolah tutup kita tak bisa menjualnya," papar Kazuhiko Usami generasi ke-7 Usami Koen di Tatsunuma, Adach, Tokyo.
Sementara supermarket dan toko lain umumnya telah memiliki kontrak pembelian dengan petani sayur lainnya di Jepang.
Baca: Pasien Hamil Tua Ternyata Positif Virus Corona, 13 Tenaga Medis Tertular Covid-19 Hingga Tutup RS
Setiap toko, supermarket dan sebagainya di Jepang sudah memiliki jalur masing-masing dan saat ini beberapa jalur tersebut menjadi masalah bagi pemasok sayur sejenis Usami, yang biasanya melakukan distribusi hanya ke sekolah-sekolah saja untuk dapur sekolah, makanan siang para anak sekolah di Jepang.
Usami merasa sangat sedih sehingga berusaha mengalihkan penjualan langsung di beberapa toko kenalannya dijual di luar toko di tempat parkir toko tersebut serta menjualnya lewat online internet.
Pembuangan bunga, tulip dan bahan makanan lain itulah yang kini banyak dijuluki dengan nama Food Loss di Jepang sehingga kata-kata ini menjadi populer saat ini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.