Pandemi Corona Ancam Perjanjian Perdagangan AS-China
Presiden AS, Donald Trump mengritik China karena gagal mempertahankan kesepakatan dagang dengan AS.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS, Donald Trump mengritik China karena gagal mempertahankan kesepakatan dagang dengan AS.
Pada Jumat (8/5/2020) lalu dia mengatakan sangat terpukul dengan nasib perjanjian dagang AS-China yang ditandatangani pada Januari itu.
"Begini, saya mengalami waktu yang sangat sulit dengan China," kata Trump dalam sebuah wawancara di Fox & Friends sebagaimana dilaporkan New York Times.
Baca: Trump Sebut Covid-19 akan Hilang Tanpa Vaksin dan Perkirakan 95.000 Korban Jiwa di AS
Baca: Pandemi Corona Buat 20 Juta Warga AS Menganggur, Pecahkan Rekor sejak Depresi Besar pada 1929
Dia menyesali pandemi Covid-19 telah mengganggu kesepakatan perdagangan yang hebat.
Namun ketika ditanya apakah kesepakatan dagang itu mungkin berakhir, Trump tidak menjelaskannya.
"Saya belum memutuskan, jika Anda ingin tahu yang sebenarnya," katanya.
Beberapa jam sebelum komentar Trump, pejabat perdagangan dan keuangan kedua negara mengadakan pembicaraan melalui daring.
Pertemuan antara AS-China ini adalah yang pertama sejak pandemi corona mulai merebak.
Dalam pernyataan terpisah, kedua negara mengisyaratkan bahwa kesepakatan ini sudah sesuai.
"Kedua belah pihak sepakat bahwa kemajuan yang baik sedang dibuat untuk menciptakan infrastruktur pemerintah yang diperlukan untuk membuat perjanjian itu sukses," kata Kantor Perwakilan Dagang Amerika Serikat.
"Mereka juga sepakat bahwa meskipun ada darurat kesehatan global saat ini, kedua negara sepenuhnya berharap untuk memenuhi kewajiban mereka berdasarkan perjanjian pada waktu yang tepat."
Nasib kesepakatan perdagangan yang akan mendorong kedua negara lebih dekat, akhir-akhir ini dipertayakan Trump.
Sebab dia beberapa kali mengutuk China karena dianggap tidak bisa mencegah penyebaran wabah Covid-19.
Trump menyarankan bahwa Gedung Putih akan mengambil pandangan skeptis pada apakah China memenuhi komitmennya di bawah gencatan senjata.
Keputusan perdagangan AS-China ini mengguncang pasar saham.
Pernyataan bersama kedua negara yang dirilis pada Jumat lalu itu tampaknya ditujukan untuk meyakinkan investor, bahwa perekonomian terbesar dunia memulai perang perdagangan.
Namun ketidakpastian yang mendalam seputar hubungan AS-China tetap ada.
Trump dan banyak penasihatnya terus melihat perjanjian perdagangan yang ditandatangani dengan China tahun lalu sebagai pencapaian.
Tetapi mereka khawatir dan marah dengan data baru-baru ini yang menunjukkan bahwa China tertinggal karena janjinya untuk membeli USD 200 miliar tambahan ekspor Amerika pada 2021 mendatang.
Tim kampanye Trump dan anggota parlemen Partai Republik melihat sikap keras kepada China sebagai cara meningkatkan elektabilitas menjelang pemilihan November mendatang.
Sebab dia pertiga orang Amerika saat ini memandang China dengan tidak baik, menurut jajak pendapat dari Pew Research Center.
Dan tingkat ketidak-sukaan ini meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Selama masa jabatannya, Trump terus berganti-ganti memuji dan mengecam China.
Tapi optimismenya tentang kesepakatan dagang tampaknya perlahan-lahan menguap dalam beberapa minggu terakhir.
Pada awal April, Trump mengatakan bahwa ia percaya pemimpin China, Xi Jinping, akan menghormati kesepakatan yang dibuatnya dengan Amerika Serikat.
"Karena saya tahu Presiden Xi, yang saya sukai dan hormati," kata Trump.
Perjanjian Fase 1 menjaga tarif 25 persen tetap berlaku pada berbagai impor dari China.
Ini menuntut China untuk memperkuat perlindungan kekayaan intelektual dan membuka pasarnya bagi perusahaan jasa keuangan asing.
Perjanjian tersebut juga meminta China untuk meningkatkan impornya dari Amerika Serikat sebesar USD 200 miliar tahun ini dan tahun depan, dibandingkan dengan tingkat pada tahun 2017, sebelum perang perdagangan dimulai.
Sementara itu ada empat kategori impor China dari Amerika Serikat, yakni makanan, barang-barang manufaktur, energi, dan jasa.
Baca: Covid-19 Serang Kantor Presiden AS, Donald rump dan Wapres Pence Tes Tiap Hari
Baca: Venezuela Menangkap Tentara Bayaran AS, Mengaku Berencana Tumbangkan Presiden Maduro dan Menculiknya
China telah meningkatkan impor makanan Amerika sejak perjanjian itu ditandatangani.
Tetapi keseluruhan impor barang-barang Amerika lainnya tidak memenuhi harapan awal pemerintah.
Total impor China dari Amerika Serikat turun 5,6 persen dalam empat bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, menurut data perdagangan China.
Menurut analisis oleh Panjiva, impor barang yang dijanjikan untuk dibeli dalam transaksi perdagangan pada Maret hanya 44 persen dari level target mereka, dan data perdagangan China menunjukkan bahwa April mungkin lebih buruk.
Mengingat bencana ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19 itu tidak mengejutkan, kata para analis.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.