Perubahan Iklim dan Suhu Global Sebabkan Salju di Antartika Berwarna Hijau
Perubahan iklim menyebabkan salju di Semenanjung Antartika berubah warna menjadi hijau.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Perubahan iklim menyebabkan salju di Semenanjung Antartika berubah warna menjadi hijau.
Dilaporkan, warna hijau di tengah hamparan putih salju itu disebabkan oleh ganggang yang bermekaran di sana.
Para peneliti mengatakan fenomena itu terjadi kemungkinan karena suhu yang meningkat dan perubahan iklim, sebagaimana dikutip dari CNN.
Para peneliti juga telah membuat peta skala besar pertama organisme dan pergerakannya.
Data satelit yang dikumpulkan antara 2017 dan 2019 lalu dikombinasikan dengan pengukuran di lapangan selama dua musim panas di Antartika, memungkinkan para ilmuwan untuk memetakan alga mikroskopis ketika mereka mekar melintasi salju di Semenanjung Antartika.
Baca: 10 Tempat Paling Kering di Dunia, Luxor di Mesir hingga McMurdo Dry Valleys di Antartika
Baca: Fakta Unik Antartika, Tempat Terkosong, Terdingin, Terkering, Tertinggi dan Berangin di Bumi
Pemanasan suhu dapat menciptakan lebih banyak lingkungan "layak huni" untuk ganggang.
Peneliti memaparkan bahwa organisme ini memang membutuhkan salju basah untuk tumbuh.
Alga salju hijau adalah mikroskopis ketika diukur secara individual, tetapi ketika organisme tumbuh secara bersamaan, mereka mengubah salju menjadi hijau cerah.
Bahkan menurut penelitian dalam Jurnal Nature Communication yang terbit pada Rabu (21/5/2020), warna hijau ini bisa terlihat sampai luar angkasa.
Para peneliti dari Universitas Cambridge dan Survei Antartika Inggris menggunakan data satelit European Space Agency dengan pengukuran dari Ryder Bay, Pulau Adelaide, Semenanjung Fildes, dan Pulau King George di Antartika.
Ganggang-ganggang hijau di salju ini biasa ditemukan di area bersuhu hangat.
Namun kali ini mereka berada di sepanjang garis pantai Antartika di mana suhu rata-rata sedikit di atas nol derajat celcous selama musim panas di belahan bumi selatan pada November hingga Februari.
Peneliti mengatakan, Semenanjung Antartika adalah wilayah yang mengalami pemanasan paling cepat selama seabad terakhir.
Temperatur yang luar biasa tinggi tercatat pada Februari ini.
Sedangkan gelombang panas selama sembilan hari menghanguskan ujung utara benua awal tahun ini.
Para ilmuwan mengidentifikasi 1.679 ganggang hijau yang terpisah di permukaan salju bermekaran di area seluas 1.9 km2.
Lebar sebaran ganggang ini setara dengan penyerap karbon sekitar 479 ton per-tahun.
Penyerap karbon adalah reservoir yang menyerap lebih banyak karbon daripada yang dikeluarkannya.
Para peneliti percaya bahwa organisme ini akan berkembang seiring meningkatnya suhu global.
"Ketika Antartika menghangat, kami memperkirakan massa keseluruhan ganggang salju akan meningkat, karena penyebaran ke dataran yang lebih tinggi akan secara signifikan lebih besar daripada hilangnya petak-petak kecil ganggang pulau," kata penulis utama penelitian sekaligus seorang peneliti di University of Cambridge, Dr Andrew Gray.
Dia mengatakan bahwa kenaikan suhu akan menciptakan lingkungan yang lebih "layak huni" untuk alga.
Selain karena pencairan salju yang makin meningkat, populasi burung juga sangat berperan dalam pertumbuhan alga ini.
Sebab kotoran burung ini berperan menjadi pupuk yang akan mempercepat pertumbuhan ganggang atau alga.
Namun populasi burung terlebih penguin juga terpengaruh perubahan iklim dan suhu.
Sehingga alga salju otomatis akan kehilangan nutrisi untuk tumbuh.
Baca: Deretan Fakta Unik Icequake, Gempa yang Terjadi di Lapisan Es Antartika
Baca: Pesawat Komersil Ternyata Tak Boleh Lintasi Antartika, Ini Alasannya
Peningkatan jumlah alga yang mekar ini bisa menyebabkan pencairan salju lebih lanjut.
"Ini sangat gelap, salju hijau ganggang mekar akan memantulkan sekitar 45% dari cahaya yang menghantamnya sedangkan salju segar akan memantulkan sekitar 80% dari cahaya yang menghantamnya, sehingga itu akan meningkatkan laju salju yang meleleh di area yang terlokalisasi," kata Gray.
Para peneliti menemukan bahwa hampir dua pertiga dari ganggang itu berada di pulau-pulau kecil yang lebih rendah.
Peneliti menjelaskan, ketika Semenanjung Antartika menghangat karena naiknya suhu global, pulau-pulau bisa kehilangan lapisan salju dan ganggang ini.
Walaupun sebenarnya ganggang atau alga salju dapat ditemukan di tempat yang lebih tinggi saat salju mencair.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)