Polisi yang Menindih Leher George Floyd hingga Meninggal Didakwa Pembunuhan
Perwira polisi Minneapolis, AS yang berlutut menindih leher George Floyd, Derek Chauvin, didakwa pembunuhan tingkat tiga pada Jumat.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Frazier meneruskan bercerita kronologi kejadian saat itu.
Gadis ini mengaku dia sedang berjalan bersama sepupunya saat melihat George Floyd yang tiarap di aspal.
"Pria ini (George Floyd) ada di sana tepat pukul delapan malam, kemarin."
"Aku sedang berjalan bersama sepupuku ke toko dan aku melihatnya (Floyd) di tanah. Aku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi ini?" ungkap Frazier.
Tanpa pikir panjang, Frazier mengaku langsung mengeluarkan kameranya dan merekam pria kulit hitam itu.
Menurutnya, Floyd saat itu benar-benar tidak bisa bernapas.
"Dia mengatakan 'Tolong, aku tidak bisa bernapas, aku tidak bisa bernapas' dan mereka (polisi) tidak peduli. Mereka membunuh pria ini," cerita Frazier dengan terus menangis.
"Dan aku ada di sana! Aku hanya berjarak lima kaki dari tempat itu!"
"Ini sangat membuatku trauma," ujar Frazier.
Gadis berusia 17 tahun ini semakin merasa trauma karena orang-orang di media sosial mengatakan seharusnya dia menolong Floyd saat itu.
Baca: Dari LeBron James hingga Lewis Hamilton, Berikan Kecaman atas Kematian George Floyd
Baca: George Floyd Meninggal Diinjak Polisi, Keluarga Tuntut 4 Polisi yang Diam: Dihukum Layaknya Pembunuh
Bukan hanya itu, orang-orang juga menuduh Frazier hanya mengunggah video untuk mencari perhatian bahkan mungkin imbalan.
Secara tegas gadis remaja ini membantah anggapan itu.
Padahal sejak video ini viral, Frazier harus berurusan dengan wartawan dan perhatian publik yang tidak dia harapkan.
Sebab menonton detik-detik kematian Floyd secara langsung sudah membuatnya ketakutan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.