Militer China dan India Mulai Tumpuk Pasukan Serta Pesawat Tempur di Perbatasan
Beijing telah mengerahkan setidaknya sembilan brigade senjata gabungan ke Wilayah Militer Tibet. Pun demikian dengan India.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Ketegangan terbaru antara China dan India semakin memicu kehadiran pasukan dan senjata kedua negara untuk menegaskan klaim teritorial di wilayah perbatasan mereka yang diperselisihkan.
Belum ada konfirmasi resmi tentang jumlah pasukan yang telah dikerahkan oleh masing-masing negara, tetapi sejumlah laporan menunjukkan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China telah mengirim beberapa sistem senjata canggih dan jet tempur yang dipasang untuk operasi di daerah dataran tinggi di Tibet.
Dilansir South China Morning Post, Tentara India juga telah memindahkan beberapa batalion dari divisi infantri yang biasanya bermarkas di kota Ladakh, Leh, dekat perbatasan, ke daerah siaga operasional di sepanjang perbatasan.
Ahli militer yang berbasis di Hong Kong Liang Guoliang mengatakan Beijing telah mengerahkan setidaknya sembilan brigade senjata gabungan ke Wilayah Militer Tibet, sebuah distrik PLA yang didedikasikan untuk perbatasan sengketa dengan India.
Ada ketegangan di perbatasan selama sebulan terakhir, dengan pasukan dari kedua negara terlibat dalam pertarungan tangan kosong dan saling melempar batu di lembah Sungai Galwan antara Ladakh di Kashmir yang dikelola India dan Aksai Chin yang dikelola China.
Konflik perbatasan antara Cina dan India meningkat pada tahun 2017, ketika pasukan India dan PLA melakukan konfrontasi paling serius, mengenai pembangunan jalan di Doklam dekat daerah perbatasan tiga persimpangan yang dikenal sebagai Donglang.
Sejak masalah Doklam ini, PLA telah memperluas arsenalnya, mengirimkan senjata seperti tank Tipe 15, helikopter Z-20, pesawat serang GJ-2, dan howitzer canggih ke dataran tinggi Tibet.
Pada hari Senin, stasiun tv milik pemerintah China CCTV melaporkan bahwa unit pengintai PLA dalam beberapa hari terakhir telah memobilisasi target di Pegunungan Tanggula pada ketinggian 4.700 meter (15.420 kaki) menggunakan perangkat penglihatan malam pada kendaraan mereka untuk menghindari pengawasan drone.
Tank tipe 15 termasuk di antara perangkat keras militer Cina yang dikirim ke dataran tinggi Tibet.
India-Australia Teken MoU Militer
India dan Australia menyegel kesepakatan pada Kamis (4/6) untuk mendapatkan akses ke pangkalan militer satu sama lain, sebuah pakta yang akan membersihkan jalan bagi lebih banyak pertukaran dan latihan militer di Indo-Pasifik.
Melansir Reuters, Kementerian Luar Negeri India mengatakan, Perjanjian Dukungan Logistik Bersama (MLSA) ditandatangani selama pertemuan puncak virtual antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
India memiliki perjanjian serupa dengan Amerika Serikat (AS), yang dipandang sebagai bagian dari kerjasama keamanan yang lebih luas untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan militer China di wilayah Asia dan Indo-Pasifik.
Pasukan India terkunci dalam perselisihan dengan pasukan China di perbatasan kedua negara yang disengketakan, krisis paling serius dalam beberapa tahun, di atas kekhawatiran atas ketidakseimbangan perdagangan besar yang menguntungkan Beijing.
Baca: Militer China dan India di Ambang Perang, Rusia Ikut Tegang
Gesekan perdagangan Australia dengan China juga meningkat dan desakan Canberra bulan lalu untuk peninjauan internasional tentang asal-usul serta penyebaran virus corona baru mengundang perlawanan dari Beijing.
"Ini adalah pertama kalinya Perdana Menteri Modi mengadakan KTT Virtual Bilateral. Ini menandakan penguatan hubungan dengan Australia dan lintasan ke atas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava seperti dikutip Reuters.
Lewat MLSA, kapal dan pesawat militer India dan Australia bisa mengisi bahan bakar dan mengakses fasilitas perawatan di pangkalan masing-masing.
Pejabat militer India mengatakan, negaranya juga mempertimbangkan partisipasi Australia dalam latihan-latihan angkatan laut tahunan yang mereka adakan dengan AS dan Jepang di Samudra Hindia dan Pasifik dalam penguatan hubungan keamanan antara keempat negara.
Latihan serupa pada 2007 membuat marah China.
Dukungan AS
Dalam konflik ini, Amerika Serikat, meski tidak terang-terangan, tapi menunjukkan "simpati"-nya kepada India. Apalagi hubungan AS-China belakangan bisa dikatakan memburuk.
Dukungan AS terhadap India juga sempat ditunjukan oleh salah satu pejabat diplomat AS, Asisten Sekertaris Negara untuk Asia Selatan, Alice G. Wells.
Dikutip dari laman Sputnik, Alice mengatakan, pasukan militer Cina dengan sengaja mengganggu perbatasan India untuk mengubah status quo di perbatasan selama ini.
"China menggunakan bentrokan perbatasan dengan India untuk mengubah status quo di perbatasan," kata Alice G. Wells.
Kekhawatiran Rusia
Rusia akhirnya buka suara setelah lama menahan diri terkait meningkatnya ketegangan militer antara China dan India di perbatasan Ladakh.
Rusia mengaku khawatir atas pertempuran militer China-India yang sedang berlangsung di Ladakh, kendati negeri Beruang Merah tersebut masih yakin bahwa kedua raksasa Asia tersebut akan menyelesaikan masalah mereka dengan damai.
Hal itu dikatakan Wakil Kepala Misi Rusia di Delhi Roman Babushkin kepada saluran TV.
“Tentu saja, kami khawatir dengan situasi saat ini di Line of Actual Control (LAC). Namun, seperti yang kita ketahui, ada mekanisme khusus yang dikembangkan oleh kedua negara (India dan Cina) termasuk hotline dan dialog perwakilan khusus dan bahkan KTT informal," ujarnya seperti dilansir Deccanchronicle.com, Selasa (2/6/2020).
Ia menambahkan bahwa Rusia yakin baik India maupun China telah memiliki jaluar yang baik untuk mencari jalan keluar. Tugas Rusia adalah mendorong kedua negara menuju pembicaraan damai.
Rusia merupakan mitra India yang telah teruji oleh waktu dan sebagai pemasok utama sistem pertahanan selama beberapa dekade ke India. Rusia juga menjadi mitra strategis utama India.
Namun dalam beberapa dekade terakhir, Rusia merasa cemburu atas meningkatnya hubungan India dengan Amerika Serikat. Kendati pemerintah India telah melakukan segala upaya untuk mempertahankan hubungan yang kuat dengan Rusia dan Moskow sehingga tetap menjadi teman dekat.
Rusia juga merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB bersama dengan China dan memiliki hubungan yang dekat dengan Beijing.
Pekan lalu, India mengatakan tekad mereka sangat kuat di perbatasan untuk memastikan keamanan dan kedaulatan nasionalnya. Kendati India mengatakan, mereka tetap menjalin komunikasi dengan China baik di tingkat diplomasi maupun militer untuk menyelesaikan masalah perbatasan secara damai.
Bulan lalu, India menuding Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) memblokir patroli Angkatan Darat India di sisi INdia LAC yang merupakan perbatasan de-factor China-India.
New Delhi juga mengatakan bahwa kadang-kadang insiden seperti itu terjadi karena kedua belah pihak tidak memiliki persepsi yang sama mengenai LAC.
Masalah ini juga menjadi latar belakang terjadinya dua insiden terpisah bulan lalu di sektor Sikkim dan Ladakh ketika tentara India dan China saling adu jotos dan mengakibatkan cedera terhadap pasukan di kedua sisi.
Insiden ini terjadi di Sikkim utara pada 9 Mei sementara di Ladakh Timur telah terjadi pada malam intervensi 5-6 Mei 2020.
Dalam dua insiden itu, patroli PLA yang agresif dihentikan pasukan India di wilayah India yang diklaim China sebagai miliknya.
Berita ini tayang di kontan : https://internasional.kontan.co.id/news/china-dan-india-terus-tambah-pasukan-dan-senjata-di-perbatasan-kedua-negara?page=all