China Semakin Agresif Bangun Teknologi di Laut China Selatan, Tekanan untuk Indonesia dan Malaysia
China semakin ambisius untuk menggarap lautan China Selatan, yang diprediksi akan berdampak terhadap banyak negara di Asia Tenggara.
Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Situasi geopolitik dunia akhir-akhir ini tak lagi dalam sepenuhnya ketenangan pascaribut-ribut Amerika Serikat dan China.
Banyak hal yang kedua negara adidaya itu persoalkan.
Selain perang dagang, konflik kepentingan soal status Hong Kong, siapa dalang dibalik virus Corona, ketegangan antara China dan Amerika Serikat beserta negara-negara sekutunya juga semakin memanas di Asia.
Setelah konflik China vs India mereda, kali ini negeri tirai bambu itu kembali menunjukkan gelagat yang perlu diwaspadai dalam skala regional, terutama dengan Asia Tenggara.
Situasi di Laut China Selatan adalah penyebabnya.
Pada awal tahun ini, sejumlah kapal China dan Malaysia terlibat dalam kebuntuan berisiko tinggi selama lebih dari satu bulan terakhir di dekat pulau Kalimantan di Laut China Selatan.
Melansir pemberitaan Reuters, pada waktu itu, menurut situs pelacakan kapal Lalu Lintas Kelautan, kapal Haiyang Dizhi 8 milik China memasuki perairan dekat Malaysia.
Sumber Reuters mengatakan, pada hari Jumat (5/6/2020), kapal China itu posisinya sangat dekat dengan Capella Barat yang dioperasikan Petronas.
Baca: Jadi Korban Konflik Politik Amerika Serikat vs China, Kini Banyak Warga Hong Kong Ingin Bermigrasi
Baca: Amerika Serikat Cabut Status Istimewa Hong Kong: Bukan Lagi Daerah Otonom dan China Kena Getahnya
Baca: Semakin Panas, Amerika Serikat Kini Minta Para Sekutunya Batalkan Proyek Besar dengan China
Salah satu sumber Reuters lainnya juga mengatakan, sebuah kapal Vietnam juga menandai wilayah Capella Barat.
Wilayah ini dekat dengan perairan yang diklaim oleh Vietnam dan Malaysia dan juga oleh China, melalui klaimnya yang luas terhadap sebagian besar Laut Cina Selatan dalam 'nine-dash-line' berbentuk U yang tidak dikenali oleh tetangganya atau sebagian besar dunia.
Kemudian, seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan Haiyang Dizhi 8 sedang melakukan kegiatan normal.