Trump Sebut Insiden Polisi Dorong Kakek 75 Tahun sebagai Rekayasa
Trump menyebut kakek 75 tahun itu sebagai penghasut dari kelompok sayap kiri dan insiden tersebut adalah settingan atau rekayasa.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump angkat suara terkait insiden dua anggota polisi Buffalo, New York, mendorong kakek 75 tahun hingga jatuh dan berdarah di tengah demonstrasi yang memprotes kematian George Floyd pada Kamis (4/6/2020) malam waktu setempat.
Trump menyebut kakek 75 tahun itu sebagai penghasut dari kelompok sayap kiri dan insiden tersebut adalah settingan atau rekayasa.
"Saya melihat, ia jatuh lebih keras daripada dorongan. Seperti sedang menjangkau alat pemindai. Bisa jadi ini perangkap?" ujar Trump dalam akun Twitternya, seperti dilansir AFP, Rabu (10/6/2020).
Dua petugas polisi di Buffalo, New York, didakwa kasus tindak penyerangan setelah insiden pekan lalu.
Saat itu pengunjuk rasa Martin Gugino, 75, didorong dan terjatuh ke belakang, setelah mendekati barisan polisi yang mengenakan helm dan alat pelindung tubuh.
Video menunjukkan darah mengalir di bagian bawah belakang kepala Gugino saat ia berbaring tak bergerak. Dia masih di rumah sakit, setelah mendapat perawatan.
Masih belum jelas apa yang dimaksud Trump dengan menulis, "Gugino sedang meraih alat pemindai" dan Gugino "tampak sedang memindai komunikasi polisi dalam rangka untuk mematikan peralatan."
Kicauan Trump itu tampaknya diposting setelah menonton laporan di OANN, televisi jaringan sayap kanan yang mengkhususkan diri dalam teori konspirasi dan telah menjadi acara favorit di Gedung Putih.
Dalam tayangan itu, OANN mempromosikan gagasan "insiden itu sebagai provokasi palsu oleh kelompok kiri, Antifa."
Dalam video yang diklaim baru dirilis itu, menunjukkan Gugino "mencoba untuk memindai komunikasi polisi" dengan telepon genggamnya.
Video yang beredar hanya menunjukkan dia memegang telepon genggam di tangan kanannya.
Aplikasi pemindai Polisi hanya memungkinkan Anda untuk mendengarkan lalu lintas radio pada frekuensi polisi, sepenuhnya legal dan umum di Amerika Serikat.
Trump telah lama menjadi penggemar teori konspirasi yang aneh, terutama promosi ekstensif dari fiksi mantan Presiden AS Barack Obama tidak lahir di AS. Karena itu seharusnya Obama tidak bisa menjadi Presiden.
Aksi yang dilakukan dua polisi itu terjadi di tengah demonstrasi yang memprotes kematian George Floyd pada Kamis malam waktu setempat.