Pasukan Korut Mulai Berdatangan di Perbatasan Korea Selatan
Sekitar 100 tentara Korea Utara terlihat di dalam Kawasan Industri Kaesong setelah penghancuran gedung penghubung antar-Korea.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, PYONGYANG - Korea Utara mengirim tentara ke beberapa pos jaga yang kosong di dalam Zona Demiliterisasi, setelah mengeluarkan peringatan mereka akan meningkatkan kehadiran militernya di daerah perbatasan dengan Korea Selatan.
Pada Rabu (17/6), Staf Umum Tentara Rakyat Korea Utara menyatakan, akan mendirikan "pos polisi sipil," yang telah mereka tarik dari Zona Demiliterisasi, sebagai bagian dari langkah selanjutnya melawan Korea Selatan setelah penghancuran kantor penghubung antar-Korea di kota perbatasan Kaesong.
Menurut sumber-sumber militer Korea Selatan kepada kantor berita Yonhap, beberapa tentara Korea Utara terlihat sedang bergerak ke pos-pos penjagaan yang kosong di dalam zona penyangga tersebut mulai Rabu (17/6) malam.
Hanya, sumber-sumber itu bilang, tidak jelas sampai sekarang, apakah langkah tersebut untuk menempatkan lebih banyak tentara penjaga di daerah perbatasan atau bagian dari peningkatan tugas penjaga militer ke kedudukan tertinggi bagi pasukan garis depan.
Korea Utara diyakini memiliki sekitar 150 pos penjagaan, dan beberapa di antaranya dikosongkan sesuai dengan pakta pengurangan ketegangan antar-Korea yang ditandatangani bersama Korea Selatan pada 19 September 2018.
Korea Utara akan membayar mahal
Beberapa media lokal juga melaporkan, sekitar 100 tentara Korea Utara terlihat di dalam Kawasan Industri Kaesong setelah penghancuran gedung penghubung antar-Korea.
Sebelumnya, militer Korea Utara mengancam akan mengirim pasukan ke Kawasan Industri Kaesong yang sekarang tertutup dan zona wisata Gunung Kumgang di Pantai Timur.
"Kami sedang memantau dengan seksama gerakan militer Korea Utara terkait dengan (peringatan) itu. Tetapi, setiap tindakan langsung dan terlihat belum tampak," kata Kolonel Kim Jun-rak, juru bicara Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS), Kamis (18/6), seperti dikutip Yonhap.
Yang jelas, merespons peringatan Pyongyang tersebut, JCS menegaskan, Korea Utara akan "membayar mahal" jika meluncurkan tindakan militer yang provokatif terhadap Korea Selatan.
AS Terbangkan Pesawat Pengintai
Amerika Serikat (AS) menerbangkan pesawat pengintai di atas Korea Selatan dalam misi nyata untuk memantau Korea Utara, di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua Korea.
"Pesawat pengintai EP-3E milik Angkatan Laut AS dan RC-12X milik Pasukan AS Korea (USFK) terlihat terbang di atas wilayah Ibu Kota (Seoul)," kata sumber kantor berita Yonhap, Rabu (17/6).
Penerbangan itu AS lakukan ketika Korea Utara meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea, menandakan langkah untuk menghapuskan kesepakatan pengurangan ketegangan militer antar-Korea pada 2018.