WHO Akui Munculnya Bukti Virus Corona Menyebar Melalui Udara, Protokol Kesehatan Bisa Berubah
WHO telah mengakui adanya "bukti yang muncul" bahwa virus corona bisa menyebar melalui udara. Hal itu bisa mengubah protokol kesehatan yang ada
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah mengakui adanya "bukti yang muncul" bahwa virus corona bisa menyebar melalui udara.
Seperti yang dilansir Daily Mail, airborne transmission atau transmisi udara -terutama di keramaian, ruang tertutup dan tempat dengan sirkulasi udara buruk- tidak boleh dikesampingkan, ujar juru bicara WHO.
Awalnya, WHO menyebut virus corona menyebar melalui droplet atau tetesan cairan yang keluar dari mulut atau hidung penderitanya.
Droplet-droplet itu dengan cepat jatuh ke tanah, atau bisa juga jatuh ke mulut atau hidung orang yang di dekatnya.
Droplet juga bisa jatuh ke permukaan, yang kemudian "diambil" seseorang dengan tangannya.
Sementara untuk virus yang menyebar di udara, artinya, virus tersebar dalam droplet yang sangat kecil dan ringan hingga bisa melayang-layang di udara.
Baca: Virus Corona Disebut Dapat Menular Lewat Udara, Begini Tanggapan Gugus Tugas Covid-19
Droplet itu tidak langsung jatuh ke tanah atau permukaan setelah dikeluarkan oleh penderita yang batuk atau bersin.
Pertimbangan WHO ini mengikuti hasil penelitian dari 239 ilmuwan dari 32 negara di dunia yang menyurati WHO agar WHO mengakui adanya bukti yang muncul bahwa virus corona menyebar melalui udara.
Seorang professor yang terlibat dalam penelitian itu berkata akan ada perhatian khusus untuk menyebut virus corona menyebar melalui udara karena akan menyebabkan kepanikan.
Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis untuk Covid-19 di WHO, membenarkan pihaknya sedang meneliti teori apakah virus itu dapat menyebar melalui udara.
Ia berkata: "Kami telah berbicara tentang kemungkinan transmisi melalui udara dan transmisi aerosol sebagai salah satu mode transmisi COVID-19."
Berbicara pada saat briefing hari Selasa (7/7/2020) lalu di Jenewa, Benedetta Allegranzi, pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, mengatakan ada bukti yang muncul dari penularan melalui virus corona melalui udara, tetapi itu tidak pasti.
Baca: VIDEO Animasi Proses Penyebaran Virus Corona di Udara dalam Ruangan, hingga WHO Beri Pengakuan
Sebelumnya, Jalur Utama Penularan Virus Corona adalah Melalui Droplet yang Terjatuh
Hingga kini ada lebih dari setengah juta kematian akibat virus corona di seluruh dunia.
Hingga kini WHO menegaskan bahwa jalur utama penularan virus corona adalah melalui tetesan dari pasien terinfeksi yang dikeluarkan ketika pasien itu batuk atau bersin.
Karena tetesannya berukuran cukup besar, maka tetesan itu akan jatuh karena gravitasi dalam satu meter atau lebih.
Kepala kesehatan mengatakan virus dapat dihindari dengan menjaga jarak yang aman - setidaknya 1,5 meter - dari orang lain.
Tetesan atau droplet yang sarat virus dapat mendarat langsung ke hidung atau mulut orang lain jika tidak ada filter, misalnya masker.
Droplet bahkan bisa jatuh dan mendarat di permukaan, di mana ia bisa hidup hingga tiga hari.
Jika orang lain menyentuh permukaan yang terkontaminasi itu, virus dapat berpindah ke tangan mereka.
Mereka lalu menyentuh mata, mulut, atau hidung mereka yang membuat virus masuk ke dalam tubuh.
Inilah sebabnya mengapa penting untuk mencuci tangan secara teratur.
Penyebaran Virus Melalui Udara
Sedangkan, penyakit yang ditularkan melalui udara adalah penyakit di mana kuman dari napas, bersin, atau batuk seseorang dapat bertahan di udara dan melayang-layang dengan jarak lebih dari satu meter.
Kuman terkandung dalam droplet dalam ukuran sangat kecil, berdiameter kurang dari 5 μm dibandingkan dengan tetesan pernapasan yang bisa sebesar 10 μm dengan diameter, yang disebut aerosol.
Contoh aerosol termasuk debu, asap rokok atau kabut dari kaleng deodoran.
Campak dan TBC adalah penyakit yang ditularkan melalui udara.
Penyakit itu dapat menyebar jarak jauh - lebih dari satu meter - dan bahkan setelah pasien menular telah meninggalkan ruangan mereka.
Sebab, aerosol mereka tetap berada di udara untuk jangka waktu yang lama.
Temuan Baru yang Bisa Mengubah Protokol Kesehatan
Setiap perubahan dalam penilaian WHO terhadap risiko penularan dapat memengaruhi bagaimana penerapan protokol kesehatan saat ini, termasuk menjaga jarak satu meter dari yang lain.
Pemerintah, yang bergantung pada WHO untuk kebijakan pedoman, mungkin juga harus menyesuaikan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk membatasi penyebaran virus.
Selama berbulan-bulan, menjaga jarak secara fisik dari orang lain dan mencuci tangan secara teratur telah dianggap sebagai kunci untuk meminimalkan risiko terkena Covid-19.
Dengan penyakit yang ditularkan melalui udara, langkah-langkah itu masih akan tetap vital.
Namun, penggunaan masker dan ventilasi dalam ruangan yang tepat, yang akan mencairkan aerosol pembawa virus, bisa menjadi lebih penting.
Sistem ventilasi di sekolah, panti jompo, tempat tinggal, dan kantor mungkin perlu menambahkan filter baru ke unit pendingin udara mereka.
Keith Neal, profesor emeritus epidemiologi penyakit menular, Universitas Nottingham, mengatakan: "Penularan aerosol tidak dapat dikesampingkan tetapi kita perlu tahu rute mana - tetesan, aerosol atau kontaminasi permukaan - yang penting sebagai risiko infeksi. Sampai kita melakukan sosialisasi jarak, etiket batuk dan mencuci tangan tetap harus dijalankan."
Dr Julian Tang, Associate Professor Ilmu Pernafasan di University of Leicester, mengatakan: "Mengakui bahwa virus itu mengudara memungkinkan terjadinya berbagai intervensi."
"Intervensi itu meningkatkan sistem ventilasi dan menjaga jendela tetap terbuka - untuk menghilangkan / melarutkan virus yang ada di udara untuk mencegah konsentrasinya menumpuk di dalam ruangan; lebih waspada dengan APD kami."
Dr Tang menambahkan bahwa pemakaian masker N95, masker yang dapat menyaring semua ukuran partikel, mungkin diperlukan di seluruh rumah sakit, dan bukan hanya bagi mereka yang bekerja dalam jarak sangat dekat dengan pasien Covid-19.
"Pilihan lain termasuk pengenalan teknologi pembersih udara, seperti sinar ultra-violet (UV germicidal), mengurangi kepadatan di tempat-tempat umum dan di transportasi umum," katanya.
Van Kerkhove mengatakan WHO akan mempublikasikan ringkasan ilmiah yang merangkum pengetahuan tentang cara penularan virus dalam beberapa hari mendatang.
"Paket intervensi yang komprehensif diperlukan untuk dapat menghentikan penularan," katanya.
"Ini tidak hanya mencakup jarak fisik, tapi juga termasuk penggunaan masker yang sesuai di pengaturan tertentu, khususnya di mana Anda tidak dapat melakukan jarak fisik, terutama untuk petugas kesehatan."
Udara Bukanlah Jalur Transmisi Utama Virus Corona
Dr David Nabarro, utusan khusus untuk WHO pada Covid-19, mengatakan bahwa sementara transmisi melalui udara adalah "masih jadi bagian dari teka-teki," tapi transmisi itu bukanlah rute utama.
"Rute utama penyebaran virus ini adalah melalui tetesan yang keluar saat Anda batuk, bersin, atau bahkan berteriak," katanya kepada program BBC Radio 4 Today.
"Tetapi tampaknya ada kemungkinan partikel sangat kecil yang mengandung virus dapat bergerak lebih jauh."
"Ini tentu saja bagian dari teka-teki. Pertanyaan kuncinya adalah seberapa pentingkah itu. Saat ini kami pikir itu bukan sarana transmisi utama. Sarana utama penularan adalah tetesan, itulah sebabnya kami berbicara tentang jarak satu hingga dua meter sebagai hal utama untuk menghindari penyebaran."
Sifat Virus Corona yang Airborne Dapat Memicu Kepanikan
Kekhawatiran utama atas klaim bahwa virus corona dapat menyebar melalui udara adalah terjadinya ketakutan akan kepanikan.
"Jika orang mendengar 'penyebaran melalui udara,' petugas kesehatan akan menolak untuk pergi ke rumah sakit," ujar Profesor Jose Jimenez, seorang ahli kimia di University of Colorado yang menandatangani penelitian itu.
"Atau orang akan membeli semua masker respirator N95 yang sangat protektif 'dan tidak akan ada yang tersisa untuk negara-negara berkembang'."
Profesor Jose Vazquez-Boland, Ketua Penyakit Infeksi, Universitas Edinburgh, mengatakan 'jelas ada bahaya' bahwa masyarakat akan kesulitan untuk memahami apa arti sebenarnya dari transmisi udara.
Ia mengatakan aerosol dapat menempuh jarak yang lebih jauh tetapi lebih mudah dikeringkan oleh lingkungan.
WHO dan badan kesehatan publik lainnya menafsirkan bahwa, kecuali dalam keadaan tertentu (prosedur klinis penghasil aerosol selama perawatan pasien), aerosol memainkan peran yang kecil dalam transmisi Covid-19.
Namun, ini tidak berarti bahwa di bawah kondisi kelembaban, suhu dan ventilasi tertentu, aerosol yang dibentuk oleh mikrodroplet yang dihembuskan tidak dapat menjadi sumber utama transmisi melalui udara untuk Covid-19.
"Untuk publik mungkin sulit untuk membedakan antara berbagai situasi dan definisi teknis."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)