Hubungan Kedua Negara Memanas, AS Minta China Tutup Kantor Konsulatnya di Houston
Terkait sikap tersebut, Beijing menyebut sebagai "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya"
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM - Ketidakharmonisan hubungan antara Amerika Serikat dengan China masih terus berlanjut.
Kabar terbaru, pihak Amerika Serikat meminta China untuk menutup kantor konsulatnya di Kota Houston.
Baca: Taiwan Siap Perang Lawan China
Beijing menyebut sebagai "eskalasi yang belum pernah terjadi sebelumnya" yang akan menyabotase hubungan antara dua ekonomi terbesar dunia itu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, Morgan Ortagus, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, yang dikutip aljazeera.com, Rabu, 22 Juli 2020, mengatakan Washington memerintahkan penutupan konsulat "untuk melindungi kekayaan intelektual Amerika dan informasi pribadi orang Amerika".
Dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
Konsulat merupakan kantor perwakilan di bawah kedutaan negara asing di suatu negara tuan rumah.
Kantor kedutaan berada di ibu kota negara, sementara konsulat berada di kota selain ibu kota negara tuan rumah.
Di Beijing, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, AS memberi tenggat waktu tiga hari kepada pihak China untuk menutup kantor di kota Texas itu.
"Penutupan unilateral konsulat jenderal China di Houston dalam waktu singkat adalah peningkatan eskalasi dari tindakan baru-baru ini dilakukan AS terhadap China," kata Wang Wenbin dalam jumpa pers reguler.
"Kami mendesak AS untuk segera mencabut keputusan yang keliru ini. Jika negara itu bersikeras menempuh jalan yang salah ini, China akan bereaksi dengan tindakan tegas," katanya.
"China sangat mengecam tindakan keterlaluan dan tidak adil ini, yang akan menyabotase hubungan China-AS," tambahnya.
Perintah Washington itu muncul ketika kedua negara berbenturan pada berbagai masalah, mulai dari perdagangan hingga pandemi virus corona dan kebijakan Cina di Hong Kong, Xinjiang, dan Laut China Selatan.
AS telah lama menuduh China mencuri kekayaan intelektual dan teknologi AS.
Tuduhan ini merupakan salah satu masalah inti dalam perang perdagangan antara dua ekonomi top dunia.