Update Ledakan di Beirut: Jumlah Korban Tewas & Luka-luka Bertambah, Pejabat Pelabuhan Jadi Tahanan
Update ledakan di Beirut, Lebanon, jumlah korban tewas dan luka-luka jadi bertambah.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Jumlah korban tewas dan luka-luka dalam ledakan besar di Beirut terus meningkat.
Hingga Kamis (6/8/2020), setidaknya 135 orang tewas, sekitar 5.000 orang terluka dan puluhan orang masih hilang.
Update peningkatan itu diumumkan oleh Menteri Kesehatan Hamad Hassan, saat tim penyelamat terus mencari korban selamat.
Tercatat 300.000 orang kehilangan tempat tinggal dan para keluarga masih menghitung dan mencari korban yang tewas.
Baca: Selain Irak, Berikut Negara-negara yang Tawarkan Bantuan untuk Lebanon
Dikutip dari Sky News, keadaan darurat dua minggu di Beirut juga diumumkan oleh kabinet Lebanon.
Pihaknya menyerahkan kendali keamanan di ibu kota kepada militer, saat bencana tersebut masih diselidiki.
Kabinet telah memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam penyimpanan atau pengamanan amonium nitrat sejak 2014 untuk dijadikan tahanan rumah.
Presiden Michel Aoun mengatakan ledakan itu disebabkan oleh 2.750 ton bahan kimia yang digunakan sebagai pupuk dan bahan peledak, ditinggalkan di gudang selama enam tahun.
Baca: Pasca-ledakan Beirut, 65 Mahasiswa Indonesia di Lebanon dalam Kondisi Aman
Kepala pelabuhan Beirut, Hassan Koraytem, mengatakan bahan yang sangat mudah meledak itu disimpan di sana enam tahun lalu.
Hal itu lantaran adanya perintah pengadilan.
Padahal, manajer umum tersebut mengatakan departemen bea cukai dan keamanan negara telah meminta pihak berwenang agar bahan itu diekspor atau dipindahkan.
Namun nyatanya tidak ada titik terangnya, bahkan tidak jelas juga kepada siapa permintaan itu dibuat.
Inggris kirim bantuan untuk Lebanon
Inggris berencana untuk mengirim sekelompok kecil personel militer ke Beirut dalam 24 jam ke depan.
Pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang Lebanon yang menangani tanggap darurat terhadap ledakan tersebut.
Penerapan awal ini akan membantu menentukan dukungan Inggris dapat terarahkan dengan baik.
Tim ahli pencarian dan pertolongan, anjing penyelamat dan petugas medis siap siaga jika diperlukan.
Inggris juga menjanjikan paket bantuan segera untuk Libanon hingga £ 5 juta (sekitar Rp 72 miliar).
Baca: Akibat Ledakan di Beirut, Pemerintah Lebanon Sebut Kerugian Capai Rp 218 Triliun
"Kami siap dan sekarang siap untuk mengirimkan ahli medis, bantuan kemanusiaan sebesar £ 5 juta, ahli pencarian dan penyelamatan."
"Kami juga memiliki kapal survei Angkatan Laut Kerajaan di daerah yang dapat dikerahkan untuk membantu menilai kerusakan pelabuhan," ujar Menteri Luar Negeri Dominic Raab.
Disisi lain, HMS Enterprise juga sedang dikerahkan dan akan membantu memetakan dasar laut untuk mengatasi kerusakan yang disebabkan oleh ledakan tersebut.
Ia juga mengidentifikasi rute masuk dan keluar pelabuhan yang aman untuk membantu rekonstruksi.
Kesaksian WNA di Beirut
Sementara itu, seorang wanita Inggris yang tinggal di Beirut membenarkan kesaksiannya atas ledakan ini.
Ia menggambarkan melihat "awan merah menyala dan asap" setelah sebuah ledakan mengguncang kota itu.
Claire Malleson, dari Dorset, telah bekerja untuk Universitas Amerika di Beirut selama dua tahun, sedang jogging di sekitar kampus pada saat itu.
"Saya baru saja merasakan ledakan besar ini, saya pikir itu ada di suatu tempat di kampus karena rasanya jauh lebih dekat daripada tiga mil jauhnya."
"Aku bisa melihat kerusakan pada bangunan di dekatku dan awan merah bercahaya dan segumpal asap."
Baca: Lebanon Diragukan Mampu Atasi Dampak Ledakan, Butuh Keterlibatan Internasional
"Aku tidak bisa bergerak, aku terpaku di tempat."
"Pikiran pertama saya adalah pergi menelepon orang tua saya, kalau-kalau mereka melihat berita. Saya menemukan jalan kembali ke salah satu apartemen kampus."
Menurutnya, saat itu semua orang berjalan dalam keadaan linglung.
Begitu ia sampai di dekat gedung-gedung kampus, ia menyaksikan adanya kepanikan.
Ia menjelaskan, semua orang mengatakan mereka merasa guncangan seperti gempa bumi sebelum ledakan terjadi.
(Tribunnews.com/Maliana)