Jerman Peringatkan Konflik Turki vs Yunani Mencapai Tahap Sangat Kritis
Presiden Turki Tayyip Erdogan memperingatkan Yunani, negaranya takkan mundur dari aktivitas kapal survei geologi Oruc Reis di Laut Mediterania Timur.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Prancis, pada gilirannya, juga mengkonfirmasi berita tersebut, setelah mengirimkan fregat 'Lafayette', serta tiga jet tempur Rafale.
Kapal-kapal Italia dan Siprus juga dikatakan telah bergabung dalam latihan tersebut di bagian timur Mediterania.
Sehari sebelumnya, latihan terpisah dimulai di dekat pulau Kreta Yunani, kali ini melibatkan angkatan bersenjata Hellenic dan AS.
Serangkaian latihan militer tampaknya meningkatkan taruhan dalam perseteruan yang membara antara Yunani dan Turki.
Meski Yunani dan Turki sekutu dalam NATO, kedua negara telah berselisih atas sejumlah masalah, mulai dari perselisihan sejarah hingga klaim teritorial yang tumpang tindih di Mediterania Timur.
Ketegangan makin meningkat setelah Turki mengklaim menemukan cadangan gas dan minyak ditemukan di perairan yang kontroversial yang diklaim Turki.
Baca: Yunani-Turki Bersitegang, Prancis Kirim Kapal Perang dan Jet Tempur Rafale ke Mediterania Timur
Minggu ini, Ankara mengumumkan kapal penelitian Oruc Reisnya akan terus berlayar di perairan yang disengketakan antara Siprus dan Kreta.
Kabar tersebut telah menimbulkan kemarahan di Yunani yang memandang kegiatan penelitian itu melanggar hukum dan menganggapnya sebagai penghinaan terhadap kedaulatannya.
Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias mengeluarkan peringatan kepada Turki, dan menekankan Athena siap mempertahankan hak kedaulatannya.
Dendias menyarankan agar negaranya siap mengadakan dialog dengan Turki mengenai sengketa pengeboran gas, tetapi tidak di bawah ancaman militer.
Jerman dan Uni Eropa menurut klaim Dendias, berdiri dalam solidaritas dengan Yunani dalam sengketa tersebut.
Sebelumnya, Menteri Negara Yunani Giorgos Gerapetritis mengatakan Athena tidak akan terlibat dalam diskusi apa pun dengan Turki terkait sengketa pengeboran migas.
Dia menuntut agar Turki meninggalkan semua tindakan agresif, sebelum dialog dapat dilakukan.(Tribunnews.com/RussiaToday/Sputniknews/AlMasdarNews/xna)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.