Kelompok Hamas di Jalur Gaza Umumkan Akhiri Kekerasan Melawan Israel
Bantuan keuangan untuk wilayah miskin dari Qatar yang kaya gas telah menjadi komponen utama dari gencatan senjata November 2018.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, JALUR GAZA - Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Jalur Gaza mengumumkan telah mencapai kesepakatan yang dimediasi Qatar untuk mengakhiri eskalasi kekerasan terbaru dengan Israel.
Komitmen ini dicapai berkat mediasi utusan Qatar, Mohammed el-Emadi. "Kesepakatan dicapai untuk mengakhiri eskalasi terbaru dan mengakhiri agresi (Israel) terhadap rakyat kami," kata pemimpin Hamas Yahya Sinwar, Senin (1/9/2020) pagi ini WIB.
Belum ada komentar langsung dari Israel. Tentara Israel telah melakukan serangan di Gaza hampir setiap hari sejak 6 Agustus dalam apa yang dikatakannya sebagai tanggapan terhadap perangkat pembakar udara dan roket diluncurkan ke Israel selatan.
Balon api secara luas dilihat sebagai upaya Hamas untuk meningkatkan persyaratan gencatan senjata informal di mana Israel berkomitmen untuk melonggarkan blokade yang telah berusia 13 tahun dengan imbalan ketenangan.
Baca: Utusan Qatar Tiba di Jalur Gaza Bawa Uang Tunai 30 Juta Dolar AS
Namun sejauh ini, tanggapan Israel adalah memperketat blokade. Israel melarang nelayan Gaza untuk melaut dan menutup akses keluar masuk barang ke Gaza. Bahkan, Israel memblokade arus masuk BBM yang mendorong penutupan satu-satunya pembangkit listrik di wilayah Palestina.
Apa yang Hamas katakan tentang kesepakatan itu, mereka akan menghentikan peluncuran balon pembakar, serta tindakan di sepanjang perbatasan dengan Israel. Laporan disampaikan Harry Fawcett dari Al Jazeera di Yerusalem.
"Sebagai imbalannya, Israel berusaha untuk kembali ke situasi pra-eskalasi yang berarti mengizinkan nelayan keluar ke Mediterania, mengurangi pembatasan barang yang masuk dan juga mungkin pemulihan pasokan bahan bakar ke satu-satunya pembangkit listrik Gaza," sambungnya.
Pengumuman Senin datang di tengah kesibukan aktivitas diplomatik dari Qatar yang utusannya mengirimkan dana bantuan senilai $ 30 juta ke Gaza sebelum mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Israel di Tel Aviv.
Sumber yang dekat dengan delegasi Qatar mengatakan Israel mengatakan kepada al-Emadi, mereka bersedia melanjutkan pengiriman bahan bakar untuk pembangkit listrik dan memudahkan blokade mereka, jika ada penghentian balon api.
Bantuan keuangan untuk wilayah miskin dari Qatar yang kaya gas telah menjadi komponen utama dari gencatan senjata terbaru yang pertama kali disepakati pada November 2018, dan diperbarui beberapa kali sejak itu.
Upaya mediasi semakin mendesak dalam beberapa hari terakhir karena pihak berwenang di Gaza telah mendeteksi kasus pertama penularan lokal virus corona.
Hamas telah memberlakukan lockdown di daerah kantong pantai, yang merupakan rumah bagi dua juta warga Palestina.
Israel dan Mesir memberlakukan blokade di Gaza setelah Hamas merebut kekuasaan dari pasukan Palestina yang bersaing pada 2007. Israel mengatakan blokade diperlukan untuk mencegah Hamas memperluas persenjataannya, tetapi para kritikus melihatnya sebagai bentuk hukuman kolektif.
Israel dan Hamas telah berperang tiga kali dan beberapa pertempuran kecil sejak penutupan itu diberlakukan.
Pembatasan tersebut telah mendorong ekonomi Gaza ke jurang kehancuran, membuat lebih dari setengah populasi menganggur. Perang bertahun-tahun serta isolasi telah membuat sistem perawatan kesehatan tidak siap untuk mengatasi wabah besar di wilayah itu.(Tribunjogja.com/Aljazeera/xna)