Gadis Muda Tewas Setelah Diperkosa Beramai-ramai, Korban Cedera Parah di Sumsum Tulang Belakang
Seorang gadis muda berusia 19 dinyatakan tewas setelah diperkosa secara beramai-ramai oleh sekelompok pria.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Seorang gadis berusia 19 dinyatakan tewas setelah diperkosa secara beramai-ramai oleh sekelompok pria.
Gadis muda tersebut tewas lantaran mengalami cedera tubuh yang cukup parah.
Kejadian tersebut menimpa seorang gadis yang berasal dari Komunitas Dalit, Hathras, sebuah kota di India.
Dilansir Tribunnews.com dari Times Of India, Rabu (30/9/2020), gadis tersebut akhirnya meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Safdarjung Delhi, Universitas Kedokteran Jawaharlal Nehru Aligarh.
Kakak dari korban mengatakan, adiknya mengalami penyiksaan saat diperkosa hingga sumsum tulang belakangnya cedera parah.
Anak Bungsu
Keluarga korban mengelola perusahaan susu kecil di desa.
Korban merupakan gadis bungsu dari lima bersaudara.
Sebelum kejadian itu, korban sedang membantu ibunya mengumpulkan pakan ternak.
Namun korban diserang, dianiaya, dan diperkosa empat pemuda itu.
Sang ibu (46) tahu, anaknya telah diperkosa, tetapi tidak berani berbicara karena takut akan pembalasan.
"Dia takut dengan stigma dan karena mereka semua berasal dari kasta dominan."
Baca: Berniat Laporkan Pemerkosaan, Gadis 16 Tahun Ini Justru Melahirkan di Tangga Kantor Polisi
Baca: Terungkap Jejak Cabul Tenaga Kesehatan Pernah Bawa Anak Orang 2018 dan Korban Terbaru Penumpang
Baca: 54.000 Tanda Tangan Terkumpul, Minta Kementerian Pendidikan Jepang Cabut Lisensi Kerja Guru Cabul
Dirawat 1 Minggu
Korban akhirnya dirawat intensif di rumah sakit selama satu minggu.
Dokter menyebut korban mengalami kelumpuhan, lengannya tidak responsif, dan lidahnya terluka parah.
Dokter pun sempat mengatakan, korban sangat membutuhkan operasi untuk tulang belakangnya.
Namun hal tersebut sulit dilakukan lantaran korban dalam kondisi lemah dan kritis, hingga akhirnya meninggal dunia.
"Cedera parah di sumsum tulang belakang akibat pencekikan mengakibatkan gagal jantung dan paru," kata dokter dari RS Safdarjung.
Terdapat dugaan keluarga, korban tak ditangani dengan baik oleh pihak rumah sakit.
"Dia tidak dirawat dengan baik selama seminggu dirawat di RS," ujar keluarganya.
Sebagai tanggapan, Dr Fakhrul Hoda, kepala bedah saraf di JN Medical College di Aligarh mengatakan, korban dipindahkan ke ICU Saraf setelah hari ketiga dirawat.
"Pemerintah distrik dan polisi telah meminta keluarga untuk memindahkannya ke Delhi lebih awal juga, tidak ada pemyimpangan dalam perawatnnya di sini," ujar dokter tersebut.
Muncul Persoalan Kasta
Inspektur Polisi distrik Hathras, Vikrant Vir mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diposting di Twitter, insiden itu terjadi pada 14 September 2020.
Korban pertama kali dirawat di rumah sakit di Uttar Pradesh kemudian dipindahkan ke New Delhi karena luka-lukanya parah.
DilansirCNN, empat pria telah ditangkap. Mereka didakwa atas kasus pemerkosaan dan pembunuhan.
Saat ini penyelidikan sedang dilakukan, menurut polisi di Hathras.
Keempat pria itu berasal dari kasta atas dan telah didakwa berdasarkan hukum karena kejahatan terhadap minoritas, menurut pernyataan itu.
Dalam hierarki berbasis kasta India, Dalit (asal dari korban) berada di peringkat paling bawah dan telah disebut sebagai "tak tersentuh" di masa lalu, juga mengalami diskriminasi parah.
Sistem kasta India secara resmi dihapuskan pada 1950, tetapi hierarki sosial berusia 2.000 tahun yang diberlakukan pada orang-orang sejak lahir masih ada di banyak aspek kehidupan.
Sistem kasta mengategorikan umat Hindu saat lahir, menentukan tempat mereka dalam masyarakat, pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan dan dengan siapa mereka dapat menikah.
Rahul Gandhi, seorang pemimpin senior dengan oposisi utama Partai Kongres India men-tweet bahwa "Aturan 'khusus kelas' di Uttar Pradesh telah membunuh wanita lain.
Pemerintah mengatakan itu adalah berita palsu dan membiarkan korbannya mati.
Menurut organisasi hak asasi manusia termasuk Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Pengamat Hak Asasi Manusia dan Amnesti Internasional, perempuan Dalit sangat rentan terhadap kekerasan dan diskriminasi berbasis kasta.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)