Jet Tempur Turki Terjun ke Medan Perang, Armenia Ancam Gunakan Rudal Iskander
Sejak serangan udara dan darat 29 September ke Nagorno-Karabakh, pasukan Azerbaijan tidak dapat mencapai terobosan militer baru.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YEREVAN – Armenia menuduh jet tempur F-16 Turki diterjunkan ke medan perang Nagorno-Karabakh. Pemerintah Azerbaijan dan Turki membantah tuduhan ini.
Perkembangan baru ini memaksa Yerevan mengultimatum Azerbaijan, mereka akan menggunakan peluru kendali jelajah jarak pendek Iskander buatan Rusia.
Sejak serangan udara dan darat 29 September ke Nagorno-Karabakh, pasukan Azerbaijan tidak dapat mencapai terobosan militer baru.
Padahal militer Azerbaijan berhasil menggunakan drone tempur dan artileri untuk menghancurkan posisi dan peralatan militer Armenia.
Tapi di darat, infanteri mekanis Azerbaijan tidak dapat mengembangkan momentumnya lebih jauh. Kerusakan besar justru mereka peroleh sebagai dampak perlawanan tentara Artsakh.
Baca: Perang Armenia Vs Azerbaijan: Berikut Perbandingan Militer Kedua Negara, Siapa Lebih Kuat?
Baca: PBB Adakan Pembicaraan Darurat di Hari Ketiga Perang Armenia dan Azerbaijan
Sumber-sumber Armenia menyebutkan 370 tentara Azerbaijan tewas dan lebih dari 1.000 terluka. Sebaliknya menurut sumber Azerbaijan, korban di pihak Armenia yang tewas lebih dari 1.000.
Presiden Armenia Armen Sarkissian mengatakan Turki telah membantu Azerbaijan dalam perangnya melawan Republik Nagorno-Karabakh dengan penasihat, tentara bayaran, dan bahkan jet tempur F-16.
Ia menambahkan, penyelesaian konflik Nagorno-Karabakh masih dimungkinkan melalui dialog. Namun, Presiden menegaskan bangsa Armenia tidak bisa membiarkan kembali ke masa lalu.
“105 tahun yang lalu, Kekaisaran Ottoman melakukan genosida terhadap orang-orang Armenia. Kami tidak akan membiarkan genosida ini terulang kembali, ” kata Sarkissian.
Armenia mengancam akan menggunakan sistem rudal balistik jarak pendek Iskander yang diperoleh dari Rusia terhadap target Azerbaijan, jika pesawat tempur F-16 Turki terus digunakan di medan perang.
Duta Besar Armenia untuk Rusia Vardan Toganyan mengatakan anggota kelompok militan Suriah yang didukung Turki telah berpartisipasi dalam konflik tersebut.
Dia mengatakan sekitar 4.000 militan yang didukung Turki dikerahkan ke Azerbaijan. Sebaliknya, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan orang-orang tiba dari Suriah dan negara-negara lain di Timur Tengah, berperang di pihak Armenia.
Sebelumnya, sumber-sumber pro-Turki mengklaim Armenia mengangkut pejuang dari Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) ke wilayah Nagorno-Karabakh.
Dengan demikian, kedua belah pihak tidak hanya mengklaim mereka mendapatkan keunggulan dalam perang, tetapi juga saling menuduh menggunakan tentara bayaran dan teroris asing.