Curhat Seorang Ibu Dipaksa Pakai Masker Saat Persalinan Normal, Mengejan Membuatnya Merasa Tercekik
Para wanita di Perancis menggaungkan protes. Namun, para dokter mengancam akan meninggalkan mereka seorang diri jika menolak menaati aturan itu.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Seorang ibu hamil di Perancis diwajibkan menggunakan masker saat proses persalinan normal.
Hal itu membuatnya merasa mual dan sulit bernapas.
Oleh karenanya para wanita di Perancis menggaungkan protes. Namun, para dokter mengancam akan meninggalkan mereka seorang diri jika menolak menaati aturan itu.
Seorang wanita hamil bernama Maud (30) menceritakan kisahnya seperti diwartakan Daily Mirror.
Dia melahirkan putranya di Nanterre, di bagian barat Paris akhir April lalu.
Karena tidak tahu wajib pakai masker selama persalinan, Maud memakai masker selama 12 jam.
Dia melaporkan bahwa jika dia tidak memakai masker, dokter tidak mau membantunya melakukan persalinan.
Maud yang tidak ingin memberitahu nama lengkapnya mengatakan, "Ketika aku mengejan pertama kali, aku sadar aku kesulitan bernapas dan insting saya mengatakan untuk melepas masker yang saya pakai agar mudah bernapas."
Baca juga: Curhatan Pria yang Berontak saat Razia gegara Tak Pakai Masker, Ternyata Menghidupi 5 Anak Yatim
Baca juga: Bank Dunia Setuju Kucurkan Dana Sebesar Rp 177,1 Triliun untuk Beli & Distribusikan Vaksin Covid-19
Tapi petugas medis mengatakan, "Anda tetap harus memakai masker, itu protokolnya."
Demi kelahiran yang lancar, Maud akhirnya memakai kembali maskernya dan mencoba mengejan kembali.
Namun itu tidak menyelesaikan masalah karena dia merasa "menghirup napasnya yang panas".
Dia mencoba lagi dan lagi, "Saya merasa tercekik, saya merasa kepanasan, area masker saya berkeringat saya tidak bisa berbuat apapun."
Baca juga: 3 Alasan Susu Ibu Hamil Beda dari Susu Sapi Biasa
Baca juga: 5 Poin Aturan Baru Menkes yang Disebut Kontroversial Oleh MKKI, Ibu Hamil Tak Bisa Sembarangan USG
Dokter pada akhirnya menggunakan forcep dan anak Maud lahir dengan cairan ketuban di paru-parunya serta kepala yang benjol karena penggunaan forcep.
Bayi Maud kemudian dipindahkan ke layanan neonatal di rumah sakit lain karena rumah sakit tempat Maud bersalin tidak punya fasilitas yang memadai.
Baca juga: Pria di AS Terinfeksi Covid 2 Kali, Dokter Laporkan Diagnosis Kedua Jauh Lebih Berbahaya
Maud berkata, "Ini sangat traumatis bagi saya dan pasangan saya. Sebelum melahirkan, kami diajari untuk mengatur pernapasan dan berada dalam situasi ini sangat traumatis."
Maud juga mengatakan bahwa pasca persalinan sulit dilakukan karena suaminya tidak diizinkan untuk menjenguknya dan putranya dirawat di rumah sakit lain.
Maud mengatakan bahwa dia sendirian di kamarnya. Meski banyak yang simpatik, tak sedikit para wanita lain yang mencemooh Maud sebagai wanita lemah.
Menanggapi itu, Maud berkata, "Wanita perlu lebih memahami satu sama lain. Penderitaan dan trauma itu nyata. Hari ini, saya tidak tahu apakah saya secara psikologis mampu memiliki anak kedua mengingat apa yang telah saya alami."
Selain Maud ada Fanny Ragot (25) yang melahirkan ke sebuah klinik privat dan diminta untuk memakai masker selama bersalin.
Pada 8 April lalu Ragot melahirkan di Clinique des Franciscaines, di mana klinik itu merupakan bagian dari Private Hospital De Versailles.
Menurut Ragot, sangat sulit baginya bernapas ketika memakai masker saat bersalin.
"Saat itu sangat sulit bagi saya untuk bernapas. Saya muntah beberapa kali."
Baca juga: Sekjen DPR Tiba di Kementerian Sekretariat Negara Serahkan Draf UU Cipta Kerja
Baca juga: Cara Mudah Mempercepat Pembukaan Persalinan
"Saya tidak bisa menghirup udara dengan masker terpasang dan akhirnya saya diputuskan untuk menjalani operasi caesar."
Ketika Ragot hendak membuka maskernya, dia malah diberitahu, "mereka bilang saya akan menyebarkan virus corona ke mana-mana."
Fanny mengatakan semua petugas medis telah memakai masker wajah tetapi itu adalah masker bedah biasa dan bukan masker respirator.
Menyuarakan perasaan para ibu lainnya di seluruh negeri, Ragot mengatakan dia tidak mengerti mengapa orang-orang di pusat kebugaran boleh tidak memakai masker tetapi ibu yang melahirkan harus melakukannya.
Dia mengatakan staf akan menahan makanan sampai dia memakai masker meskipun kondisinya lemah ketika dia memulihkan diri di kamarnya setelah operasi caesar, menambahkan bahwa baik bidan maupun orang lain "tidak ingin membantu saya".
"Ada darah di mana-mana," tambahnya.
"Saya harus memikirkannya sendiri, sendirian di kamar, dan jika seseorang masuk saat saya tidak memakai masker, mereka akan berhenti sampai saya memakainya."
Maud maupun Fanny tidak mengajukan keluhan secara resmi karena mereka berdua tahu hal itu akan sia-sia.
Kelompok wanita "Tou.te.s Contre les violences Obstetricales et Gynecologiques" (Perlawanan Terhadap Kekerasan Obstetris dan Ginekologis) telah mengumpulkan kesaksian dari lebih dari 2.000 ibu baru dan calon ibu sejak 8 September 2020.
Survei tersebut menemukan bahwa sebanyak 75 persen wanita yang melahirkan selama pandemi Covid-19 menunjukkan tanda-tanda depresi pasca-persalinan.
Presiden di Sekolah Tinggi Kebidanan Nasional Perancis, Adrien Gantois, percaya bahwa angka ibu melahirkan stres sekarang lebih tinggi daripada sebelum pandemi.
Menurutnya, seharusnya fokus ditujukan kepada para staf dengan diberikan APD yang lengkap seperti yang dilakukan di Inggris.
Menurut Adrien Gantois, memakai masker saat melahirkan tidak praktis.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dipaksa Pakai Masker saat Melahirkan, Para Wanita di Perancis Protes