Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Jokowi Tolak Pesawat Mata-mata AS P-8 Poseidon Beroperasi di Wilayah Indonesia

Menhan Prabowo Subianto berada di AS atas undangan Menhan AS Mark Esper. Bagi Prabowo lawatan ke AS sejarah besar, setelah ia dicekal sekira 20 tahun.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Jokowi Tolak Pesawat Mata-mata AS P-8 Poseidon Beroperasi di Wilayah Indonesia
community.warplanes.
P8-A Poseidon, pesawat penginta tercanggih milik Amerika 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo menolak proposal Amerika Serikat untuk mengizinkan pesawat intai maritim P-8 Poseidon mendarat dan mengisi bahan bakar di Indonesia. 

Informasi ini disampaikan empat pejabat senior Indonesia yang mengetahui masalah tersebut kepada kantor berita Reuters, yang dikutip Aljazeera.com, Selasa (20/10/2020).

Para pejabat AS berusaha melakukan pendekatan "tingkat tinggi" pada Juli dan Agustus kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Presiden Joko Widodo akhirnya menolak permintaan tersebut.

Poseidon, pesawat pemburu kapal selam dipamerkan dalam ajang Paris Air Show 2019 di Le Bourget, Paris, Prancis, Selasa (18/6/2019). Pesawat ini menjadi andalan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk menetralisir ancaman kapal selam yang beroperasi dari dalam laut. Pameran kedirgantaraan Paris Air Show 2019 berlangsung 17-23 Juni 2019. Tribunnews/Malvyandie Haryadi
Poseidon, pesawat pemburu kapal selam dipamerkan dalam ajang Paris Air Show 2019 di Le Bourget, Paris, Prancis, Selasa (18/6/2019). Pesawat ini menjadi andalan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk menetralisir ancaman kapal selam yang beroperasi dari dalam laut. Pameran kedirgantaraan Paris Air Show 2019 berlangsung 17-23 Juni 2019. Tribunnews/Malvyandie Haryadi (Tribunnews/Malvyandie Haryadi)

Baca juga: Apa Hasil Kunjungan Menhan Prabowo ke Amerika Serikat?

Baca juga: Prabowo dan Esper Sepakat Mulai Kembali Pencarian Tentara AS yang Hilang di Indonesia Selama PD II

Saat ini, Menhan Prabowo Subianto masih berada di AS atas undangan Menhan AS Mark Esper. Bagi Prabowo lawatan ke AS sejarah besar, setelah ia hamper 20 tahun dicekal masuk negara itu.

Undangan Pentagon menjadi terasa istimewa, dan menumbuhkan dugaan Washington sangat bernafsu mendapatkan sesuatu dari  Indonesia.

Pihak istana, Kemenhan, kantor pers Departemen Luar Negeri AS dan Kedubes AS di Jakarta tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Perwakilan Departemen Pertahanan AS dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menolak berkomentar.

Permintaan, yang muncul ketika AS dan China meningkatkan persaingan mereka untuk mendapatkan pengaruh di Asia Tenggara, mengejutkan pemerintah Indonesia.

BERITA TERKAIT

Menurut para pejabat yang dikutip Reuters, Indonesia memiliki kebijakan netralitas kebijakan luar negeri yang sudah lama ada. Negara ini tidak pernah mengizinkan militer asing beroperasi di nusantara.

Pesawat intai P-8 Poseidon memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayahnya.

Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan atas perairan kaya sumber daya tersebut, yang dilalui perdagangan senilai $ 3 triliun setiap tahun.

Indonesia bukan penuntut resmi atas jalur air yang penting secara strategis, tetapi menganggap sebagian Laut Cina Selatan sebagai miliknya.

China secara teratur mengusir kapal penjaga pantai dan kapal penangkap ikan China dari suatu daerah, yang diklaim Beijing sebagai miliknya.

Indonesia saat ini memiliki hubungan ekonomi dan investasi yang sangat baik dengan China. Karena itu Jakarta tidak ingin memihak dalam konflik dan khawatir dengan meningkatnya ketegangan antara kedua negara adidaya.

Militerisasi Laut Cina Selatan menurut Menlu Retno Marsudi cukup mengkhawatirkan. “Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini,” kata Retno dalam sebuah wawancara di awal September. “Indonesia ingin menunjukkan bahwa kami siap menjadi partner Anda.”

Terlepas dari kedekatan strategis antara AS dan negara-negara Asia Tenggara dalam mengekang ambisi teritorial China, Dino Patti Djalal, mantan Dubes Indonesia untuk AS, mengatakan "kebijakan anti-China yang sangat agresif" dari AS telah membuat Indonesia dan kawasan itu ketakutan.

"Itu terlihat tidak pada tempatnya," katanya kepada Reuters. “Kami tidak ingin tertipu menjadi kampanye anti-China,” imbuhnya.

“Tentu saja, kami mempertahankan kemerdekaan kami, tetapi ada keterlibatan ekonomi yang lebih dalam dan China sekarang adalah negara yang paling berpengaruh di dunia bagi Indonesia, ” kata Dino.

Greg Poling, seorang analis Asia Tenggara dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional yang berbasis di Washington DC, mengatakan, usaha AS mendapatkan izin pendaratan pesawat mata-mata di Indonesia adalah usaha canggung.

“Itu adalah indikasi betapa sedikit orang di pemerintahan AS yang memahami Indonesia,” katanya kepada Reuters.

“Ada batasan yang jelas untuk apa yang dapat Anda lakukan, dan jika menyangkut Indonesia,” katanya. Menurut analis militer, AS baru-baru ini menggunakan pangkalan militer di Singapura, Filipina, dan Malaysia untuk mengoperasikan penerbangan P-8 di atas Laut China Selatan.

China telah meningkatkan latihan militer tahun ini, sementara AS telah meningkatkan tempo operasi navigasi, penyebaran kapal selam, dan penerbangan pengawasan.

P-8 Poseidon merupakan pesawat intel yang memiliki radar canggih, kamera berkemampuan definisi tinggi, dan sensor akustik. Ia telah memetakan pulau, permukaan, dan alam bawah laut di Laut China Selatan, setidaknya selama enam tahun.

Saat membawa sonobuoy dan rudal, pesawat dapat mendeteksi dan menyerang kapal dan kapal selam dari jarak jauh. Ia juga memiliki sistem komunikasi yang memungkinkannya untuk mengendalikan pesawat tak berawak.

Pada 2014, AS menuduh jet tempur China terbang dalam jarak 20 kaki di atas P-8 yang berpatroli di Laut China Selatan. China merespon protes AS sebagai tidak berdasar.(Tribunnews.com/Aljazeera/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas