Forensik Korsel Tak Temukan Hubungan Vaksin Flu dengan Kematian Warga yang Divaksinasi
Badan forensik Korea Selatan tidak menemukan hubungan antara kematian seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dan vaksin flu yang telah disuntikkan
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL — Badan forensik Korea Selatan tidak menemukan hubungan antara kematian seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun dan vaksin flu yang telah disuntikkan kepadanya.
Demikian kantor berita Yonhap melaporkan, di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang keamanan vaksin menyusul kematian setidaknya 25 warga Korea Selatan setelah disuntikkan vaksin flu.
Bocah itu, termasuk di antara kasus kematian pertama yang dilaporkan. Ia merupakan bagian dalam kampanye pemerintah untuk memvaksinasi sekitar 30 juta dari populasi 52 juta orang untuk mencegah komplikasi virus corona.
Bertambahnya jumlah kasus meninggal menjadi 25 orang selama seminggu terakhir, memicu desakan dari dokter dan politisi untuk menghentikan program vaksinasi. Yonhap melaporkan pada Jumat (23/10/2020), ada tujuh orang baru meninggal dalam semalam.
Otoritas kesehatan telah menolak untuk menangguhkan program itu pada Kamis (22/10/2020), mendasarkannya pada kurangnya bukti untuk menyatankan hubungan langsung antara kematian dan vaksin yang disuntikkan.
Baca juga: Bertambah Jadi 13 Warga Korea Selatan Meninggal Setelah Dapat Suntikan Vaksin Flu
Badan Forensik Nasional telah melakukan autopsi pada beberapa orang yang meninggal sebagai bagian dari penyelidikan pemerintah.
Hasilnya, lembaga itu menetapkan bahwa kematian remaja 17 tahun itu tidak memiliki hubungan dengan vaksin, Yonhap melaporkan, mengutip keterangan polisi.
Perdana Menteri Chung Sye-kyun menyampaikan belasungkawa kepada keluarga almarhum, dan menyerukan penyelidikan menyeluruh untuk memverifikasi penyebab pasti kematian.
Setidaknya 22 dari 25 kasus yang dikonfirmasi termasuk remaja itu menerima suktikan vaksin flu gratis yang telah dialokasikan pemerintah untuk sekitar 19 juta remaja dan warga dewasa. Dan tujuh dari sembilan orang yang diselidiki memiliki kondisi yang bawaan yang mendasarinya.
Penyedia vaksin termasuk perusahaan domestik seperti GC Pharma, SK Bioscience, Korea Vaccine dan Boryung Biopharma, bersama dengan Sanofi Prancis. Mereka menyediakan program gratis dan layanan berbayar.
Keempat perusahaan domestik menolak berkomentar, sementara Sanofi tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar dari Reuters.
Sebelumnya diberitakan 13 warga Korea Selatan meninggal setelah menerima vaksin flu dalam beberapa hari terakhir, menurut laporan media resmi dan lokal, seperti dilansir Reuters, Kamis (22/10/2020).
Ini meningkatkan kekhawatiran atas keamanan vaksin untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
Pejabat kesehatan Kim Joong-gon mengatakan penyelidikan awal terhadap enam korban mengungkapkan lima memiliki kondisi bawaan yang mendasarinya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.